London, CNN Indonesia -- Ketika mendukung putra sulungnya berlaga di turnamen Wimbledon, Judy Murray merasa kegerahan akibat suhu cuaca yang panas.
Seperti dilansir
The Guardian, saat sang putra, Andy Murray, bertanding di Centre Court melawan Mikhail Kukushkin pada Selasa (30/6), temperatur cuaca mencapai 41 derajat celcius. Di tengah suhu panas itu, Murray dan Kukushkin harus terus bertanding.
Namun, lain halnya dengan petenis perempuan yang berlaga di Wimbledon. Berdasarkan aturan Asosiasi Tenis Perempuan (WTA) diperbolehkan istirahat 10 menit antara set kedua dan ketiga ketika temperatur udara berada di atas 30,1 derajat celsius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Judy Murray yang saat ini menjabat Kapten Federasi Piala Inggris mengatakan para petenis pria pun seharusnya diperbolehkan mengambil istirahat tersebut. Apalagi, lanjutnya, para kaum pria bermain hingga lima set.
"Saya tahu anda mendapatkan satu hari di antara pertandingan tetapi jika anda menang dan bermain tujuh pertandingan dalam 13 hari. Bertanding lima set setidaknya membuat fisik dan mental merosot, jadi saya pikir pria juga seharusnya mendapatkan keuntungan tersebut," tukas Judy.
Salah satu wasit dalam turnamen Wimbledon Andrew Jarrett mengatakan WTA telah mengimplementasi kebijakan rehat tersebut pada 2006 dan 2009.
Petenis Inggris lainnya, Kyle Edmund yang telah tersingkir dari Wimbledon pada ronde pertama mengatakan dirinya tak melihat alasan kebijakan rehat perlu diadopsi dalam pertandingan tenis putra.
"Bagi saya pribadi saya kira inilah olahraga. Terutama tenis, ini dapat di tes secara fisik. Itulah alasannya kita menghabiskan berjam-jam di lapangan dan di gym," ujar Edmund.
Sementara itu petenis putri Inggris Heather Watson mengaku dirinya memang terkejut dengan tingginya suhu di Wimbleon. Namun, perempuan berusia 23 tahun itu mengatakan atlet tidak bisa berhenti.
"Karena ini cuaca yang menyenangkan untuk Wimbledon," tukas Watson.
(kid/kid)