Zurich, CNN Indonesia -- Sebuah kontroversi berlangsung di ajang Piala Dunia Perempuan yang partai finalnya akan berlangsung di Vancouver, Kanada, akhir pekan ini.
Kontroversi yang muncul itu adalah tentang wasit perempuan yang digunakan untuk memimpin pertandingan. Dalam turnamen yang sedang berlangsung di Kanada kali ini, seluruh pertandingan menggunakan hakim pertandingan dari kalangan kaum hawa.
FIFA menyatakan tak akan menempatkan ofisial pertandingan dari kaum adam untuk laga final antara Jepang dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang juga tanpa kecuali (menggunakan wasit perempuan)," kata Direktur untuk Kompetisi Perempuan FIFA Tatjana Haenni mengenai peluang memasukkan ofisial pertandingan pria di partai final seperti dikutip
Reuters.
"Sekarang sepak bola perempuan telah menjadi begitu populer. Saya melihat ini adalah sebuah risiko bahwa kami sekarang harus berdiskusi mengapa kami tidak memiliki wasit pria yang lebih banyak."
Haenni mengataka,n wasit-wasit perempuan--sama halnya seperti pesepak bola perempuan--perlu diberi peluang untuk mencapai level yang top di dalam pertandingan.
"Atau kami akan tetap tidak punya cukup wasit perempuan, dan pada satu titik perempuan akan memiliki kesulitan besar untuk mencapai level top," tukas Haenni yang sejak 2000 silam menjadi Presiden Klub Sepak Bola Perempuan FC Zürich Frauen.
Pada laga semifinal antara Amerika Serikat dan Jerman di Montreal, Kanada, Selasa (30/6), timnas Negara Paman Sam mendapatkan dua keputusan kontroversial dari wasit asal Rumania, Teodora Albon. AS akhirnya lolos setelah kemenangan 2-0 atas Jerman.
Gol pertama dicetak Carli Lloyd dari titik penalti setelah Albon menilai Annike Krahn telah melanggar Alex Morgan. Padahal, dalam tayangan ulang terlihat pelanggaran itu terjadi di luar kotak penalti.
Beberapa menit sebelumnya bek AS, Julie Johnson hanya mendapatkan kartu kuning setelah melanggar Alexandra Popp. Padahal Johnson adalah orang terakhir sehingga seharusnya mendapatkan kartu merah.
Pada laga semifinal berikutnya antara Jepang dan Inggris pun terjadi keputusan kontrversial. Wasit asal Selandia Baru Anna-Marie Keighley menunjuk titik putih setelah Claire Rafferty yang melanggar Saori Ariyoshi. Tayangan ulang kembali memperlihatkan pelanggaran terjadi di luar kotak penalti.
Protes pemain timnas Inggris pun tak digubris sehingga Aya Miyami berhasil membawa Jepang unggul lebih dulu dari titik penalti.
Tujuh menit kemudian giliran Inggris yang mendapatkan keuntungan dari hadiah penalti. Kapten timnas Inggris Steph Houghton jatuh dengan mudah di dalam kotak penalti. Seolah ingin membayar utang kepada Inggris, Keighley menunjuk titik putih dan Fara Williams berhasil mengeksekusinya.
Kepala Wasit FIFA Massimo Busacca mengakui kualitas para wasit perempuan masih perlu ditingkatkan lagi. Namun, dia menjamin wasit-wasit yang digunakan adalah mereka yang teruji dan mampu menghadapi tantangan.
"Bagi saya mereka sudah cukup bagus," kata Busacca yang sudah dua Piala Dunia terakhir menjadi koordinator wasit. "Babak 16 besar, perempat final, mereka tidak mendapatkan komplain yang besar akan hasil yang benar. Wasit adalah orang yang tahu apa yang mereka lakukan."
Dalam sebuah sesi jumpa media dengan sejumlah kecil wartawan, Kamis (2/7), Busacca mengatakan para wasit perempuan yang ditunjuk ke Kanada itu adalah yang terbaik.
"Saya tidak takut untuk mengatakan mereka akan melakukan yang terbaik untuk pertandingan final yang hebat," ujar Busacca.
(kid/kid)