Zurich, CNN Indonesia -- Presiden FIFA, Sepp Blatter, berkata kepada harian Jerman bahwa presiden Perancis dan Jerman memberikan pengaruh politik sebelum hak tuan rumah Piala Dunia diberikan kepada Rusia dan Qatar.
Blatter sedang berada di pusaran skandal suap dalam proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 meski namanya tidak pernah secara langsung dinyatakan sebagai tersangka. Blatter kini telah menyewa seorang pengacara terkemuka.
Dalam berita harian
Welt am Sonntag, Minggu (5/7), Blatter berkata "Sebelum Piala Dunia diberikan kepada Rusia dan Qatar, ada dua intervensi politik."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tuan [Nicolas] Sarkozy dan [Christian] Wulff mencoba untuk mempengaruhi suara perwakilan mereka. Karena itu, sekarang kami memiliki Piala Dunia di Qatar. Orang-orang yang menentukan hal ini seharusya juga mengambil tanggung jawab," kata Blatter.
Welt am Sonntag melaporkan bahwa Wulff telah menolak tuduhan tersebut. Media tersebut juga mengabarkan bahwa Blatter menuduh federasi sepak bola Jerman (DFB) telah "menerima rekomendasi [dari Wulff] bahwa Jerman harus memilih Qatar karena adanya kepentingan ekonomi."
FIFA menyatakan bahwa kutipan Blatter adalah benar.
Sementara itu, pemimpin federasi asosiasi sepak bola Uni Eropa (UEFA), Michel Platini, telah berulang kali menyatakan bahwa ia tidak diminta oleh siapapun untuk memilih Qatar.
"Tidak Sarkozy atau siapapun juga," kata Platini satu tahun lalu kepada
L'Equipe. Namun, Platini mengakui bahwa ia, Sarkozy, dan juga pihak Qatar pernah mengadakan makan siang bersama.
Blatter telah mengundurkan diri pada 2 Juni lalu sebagai presiden. FIFA akan menyelenggarakan kongres untuk memilih presiden baru pada Desember nanti.
(vws)