Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang Makin Terlihat Biasa

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 09 Agu 2015 14:07 WIB
Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang berlangsung setahun sekali membuat gengsi dan keistimewaan ajang ini makin pudar dan terlihat biasa.
Meski sudah berlangsung tiap tahun, Lee Chong Wei belum pernah berhasil jadi juara dunia. (REUTERS/Olivia Harris)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kejuaraan Dunia adalah salah satu titel yang diimpikan oleh seluruh pebulutangkis sepanjang karier mereka. Namun melihat frekuensi gelaran yang makin sering, maka rasa istimewa yang melekat pada Kejuaraan Dunia pun terasa makin pudar.

Pada awal kemunculannya di tahun 1977, Kejuaraan Dunia diselenggarakan dengan rentang waktu tiga tahun. Hal itu kemudian berlangsung hingga penyelenggaraan ketiga yaitu pada tahun 1983.

Setelah itu IBF (sekarang BWF) mengubah rentang turnamen menjadi dua tahun sekali. Dengan demikian Kejuaraan Dunia edisi keempat diselenggarakan pada tahun 1985 dan terus berlanjut tiap dua tahun berikutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Kejuaraan Dunia menjadi ajang dua tahunan, untuk pertama kalinya muncul pebulutangkis yang mampu mempertahankan gelar juara dunia miliknya. Pebulutangkis tersebut adalah Han Aiping dari China.

Kejuaraan Dunia menjadi ajang dua tahunan terus berlangsung hingga tahun 2005. Dalam rentang waktu ini dominasi China mulai terasa.

Mulai dari Kejuaraan Dunia 1985-2005, China hanya dua kali gagal menjadi juara umum, yaitu pada edisi 1993 dan 1995 saat Indonesia sukses mematahkan dominasi 'Negeri Tirai Bambu' tersebut.

Setelah menjadi ajang dua tahunan selama 20 tahun, Kejuaraan Dunia akhirnya bermetamorfosa menjadi ajang tahunan sejak edisi 2006. Hanya saja ada pengecualian bahwa Kejuaraan Dunia tidak akan digelar di tahun penyelenggaraan Olimpiade (contoh 2008, 2012, 2016).

Perubahan aturan ini ditambah makin kuatnya dominasi China di pengujung era 2000-an dan awal 2010-an membuat China makin melesat meninggalkan selisih jumlah titel juara yang sangat besar.

Sejak 2006, China meraih 26 gelar juara. Hal ini berbeda jauh dengan torehan negara lainnya yaitu Indonesia (4 gelar), dan masing-masing satu gelar untuk Korea, Thailand, Spanyol, dan Inggris.

Berlangsungnya Kejuaraan Dunia sebagai ajang tahunan (minus tahun Olimpiade) akhirnya melambungkan pemain China generasi kini dalam daftar pengoleksi gelar juara dunia terbanyak.

Lin Dan menempati puncak teratas dengan koleksi lima gelar juara dunia. Catatan ini sejajar dengan milik Park Joo Bong yang menggapai rekor tersebut dengan bermain di dua nomor, ganda putra dan ganda campuran.

Deretan pemain China generasi saat ini pun ikut meramaikan daftar peringkat seperti Cai Yun/Fu Haifeng (empat gelar), Zhao Yunlei dan Yu Yang (tiga gelar).

Khusus untuk pemain Indonesia, pemain dengan gelar terbanyak di Kejuaraan Dunia pun merupakan pemain generasi saat ini.

Liliyana Natsir telah mengoleksi tiga gelar juara dunia, menjadi satu-satunya pemain generasi saat ini yang mampu menandingi banyaknya gelar yang didapat oleh para pebulutangkis China.

Dengan kini berlangsung setiap tahun, maka para pebulutangkis di dunia ini akan memiliki kans yang lebih besar untuk mendapatkan kesempatan berikutnya jika ia gagal.

Kejuaraan Dunia saat ini hampir serupa dengan gelaran turnamen super series premier. Tingkat kesulitan untuk memenanginya menjadi berkurang karena frekuensi kehadiran turnamen ini yang lebih intens.Satu hal yang membedakan adalah gengsi dan kebanggaan yang derajatnya masih lebih tinggi bagi tiap pebulutangkis untuk bisa memenanginya.

"Bagi pemain, memenangkan Kejuaraan Dunia  jauh lebih sulit saat Kejuaraan Dunia hanya berlangsung dua tahun sekali. Sulit untuk terus menerus mempertahankan performa dalam dua tahun sehingga bila sekali mengalami kegagalan maka akan lebih menyesal," tutur Juara Dunia 1983 Icuk Sugiarto.

"Saat saya mulai jadi pemain utama pada tahun 1982 saja saya harus menunggu setahun untuk bisa turun di Kejuaraan Dunia. Setelah jadi juara dunia, ada rentang dua tahun sebelum saya berusaha mempertahankan gelar juara," kata Icuk yang kalah di tangan Yang Yang di Kejuaraan Dunia 1985.

Proses penantian dan upaya mempertahankan konsistensi inilah yang dirasa lebih bersahabat untuk para pebulutangkis generasi saat ini.

"Untuk saat ini, Kejuaraan Dunia berada tak jauh dari jadwal turnamen super series sehingga ajang ini tak ubahnya seperti rangkaian turnamen super series. Pemain akan memiliki kesempatan lebih banyak untuk memenangkan Kejuaraan Dunia karena berlangsung tiap tahun." (ptr/ptr)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER