Menelisik Peluang Indonesia Akhiri Paceklik Gelar di Korea

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 20 Sep 2015 10:37 WIB
Nyaris satu dekade Indonesia tak mampu merebut satu gelar pun di Korea Super Series. Kini ada dua wakil yang coba menghapus paceklik tersebut.
Indonesia menempatkan dua wakil di final Korea Super Series yaitu di nomor ganda putra dan ganda campura. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia sudah menjalani delapan tahun gelaran turnamen Korea Super Series dengan nihil gelar. Pebulutangkis Indonesia terakhir yang sukses menjadi juara di negara tersebut adalah Candra Wijaya/Tony Gunawan dan Nova Widianto/Liliyana Natsir pada tahun 2006 silam.

Untuk edisi tahun ini, Indonesia menempatkan dua wakilnya di babak final lewat nama Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Greysia/Nitya bakal menghadapi wakil tuan rumah, Chang Ye Na/Lee So Hee, sedangkan Tontowi/Liliyana akan berduel dengan rival mereka, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana peluang dua wakil Indonesia, berikut gambarannya:

Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari vs Chang Ye Na/Lee So Hee

Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari kembali mendapatkan kesempatan untuk meraih titel super series/premier perdana mereka. Setelah hanya mampu jadi runner up di Indonesia Terbuka, Greysia/Nitya bakal coba diadang oleh ganda tuan rumah Chang Ye Na/Lee So Hee.

Due Chang Ye Na/Lee So Hee adalah duet racikan anyar Korea. Mereka mencoba memasangkan Chang Ye Na yang sudah senior dengan Lee So Hee yang memiliki reputasi bagus saat junior.

Dalam dua pekan terakhir, kolaborasi anyar ini menuai hasil yang cukup bagus. Setelah menembus babak perempat final Jepang Terbuka lalu, kini mereka bisa berlaga di partai puncak di hadapan pendukung sendiri.

Dari segi kekompakan, Greysia/Nitya jelas lebih unggul dibandingkan duet Korea tersebut. Melihat performa Greysia/Nitya di pertandingan terakhir turnamen ini, babak semifinal lawan Luo Ying/Luo Yu, Greysia/Nitya mampu memeragakan pola serangan dan defense dengan sama baiknya. Stamina mereka pun sangat prima walaupun pertandingan berlangsung  hingga 1,5 jam.

Namun hal tersebut tidak menjamin pertandingan akan didominasi penuh oleh Greysia/Nitya.

Kecepatan respons Greysia/Nitya menghadapi pola yang diterapkan oleh duet anyar Korea itu bakal jadi salah satu penentu hasil akhir yang diterima Greysia/Nitya nantinya.

Tidak hanya itu, Greysia/Nitya juga harus bisa merespons faktor non teknis yang sering dikeluhkan banyak pemain saat bertarung melawan pemain tuan rumah di Korea.

Greysia/Nitya harus bisa membaca arah angin dan beradaptasi dengan cepat. Emosi Greysia/Nitya juga tak boleh terpancing saat ada keputusan yang merugikan, terlebih kini mereka bisa mengandalkan teknologi hawkeye bila dirasa dirugikan oleh keputusan perangkat pertandingan.

Bila semua hal itu bisa dilakukan, maka Greysia/Nitya akan segera mendapatkan titel super series perdana mereka.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir vs Zhang Nan/Zhao Yunlei

Duel dua pemain yang seharusnya ada di level yang sama ini mulai berjalan timpang. Hampir setahun terakhir, Tontowi Ahmad/Liliyana selalu kalah dari Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Parade kekalahan Tontowi/Liliyana dimulai di Asian Games 2014 yang berlangsung di Korea, 29 September. Karena itulah momen Korea Terbuka jadi waktu yang paling pas untuk mengakhiri catatan buruk Tontowi/Liliyana.

Bila Tontowi/Liliyana gagal mengalahkan Zhang Nan/Zhao Yunlei kali ini, maka mereka resmi selalu kalah dari ganda China itu selama setahun terakhir.

Tontowi/Liliyana sendiri sejatinya memiliki peluang untuk mengakhiri rentetan kekalahan dari Zhang Nan/Zhao Yunlei lebih cepat, namun mereka selalu gagal mewujudkannya.

Di dua pertemuan terakhir yang berlangsung di Indonesia, Indonesia Terbuka dan Kejuaraan Dunia, Tontowi/Liliyana sudah mengambil game pertama namun kemudian mereka kalah lewat rubber game.

Berkaca pada duel terakhir, Tontowi/Liliyana mutlak tak boleh kehilangan konsentrasi meski tengah unggul dan berada di ambang kemenangan.

Tidak hanya itu, Tontowi/Liliyana harus bisa secepatnya melupakan kegagalan dan fokus di game berikutnya bila ingin bisa mengalahkan Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Di Kejuaraan Dunia lalu, Tontowi/Liliyana seperti 'tak berada di lapangan' pada game ketiga karena gagal mengatur fokus usai kalah menyesakkan di game kedua.

Bukan hanya di Kejuaraan Dunia, ada beberapa momen ketika kegagalan di game sebelumnya membuat Tontowi/Liliyana gagal menampilkan permainan terbaik di game berikutnya, sebut saja game ketiga Malaysia Super Series 2015 dan game kedua Asian Games 2014 setelah Tontowi/Liliyana sempat unggul jauh di awal game pertama.

Tontowi/Liliyana jelas berada di level yang sama dengan Zhang Nan/Zhao Yunlei. Bedanya, saat ini Tontowi/Liliyana akan bermain dengan bayang-bayang enam kekalahan dalam satu tahun terakhir menghadapi Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Sebaliknya, Zhang Nan/Zhao Yunlei bakal bermain lebih rileks dan tanpa banyak tekanan saat menghadapi Tontowi/Liliyana.

Tontowi/Liliyana wajib menang agar bayang-bayang rentetan buruk kekalahan saat melawan Zhang Nan/Zhao Yunlei bisa cepat terhapus. Hal itu penting karena pelaksanaan Olimpiade semakin dekat. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER