Eksperimen Radikal Belanda: Sepak Bola Tanpa Wasit

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Kamis, 01 Okt 2015 16:19 WIB
KNVB sudah mencoba program self-refeering untuk sepak bola usia dini dalam dua tahun terakhir lewat skema bernama 'Fair Play Football'.
Ilustrasi sepak bola usia dini. (Duajan Kostia/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di saat Indonesia masih sibuk terpaku mendamaikan berbagai konflik dan memikirkan cara bagaimana menggelar kompetisi sepak bola, Belanda justru mulai bereksperimen pertandingan tanpa wasit yang digunakan untuk mengurangi beban pemain usia dini.

Bayangkan seorang Diego Costa berusia enam tahun menjadi wasit sebuah pertandingan sepak bola. Mengingat sifat temperamental yang ia punya, pemenangnya sudah hampir dipastikan adalah tim yang ia dukung.

Sepintas ide dari anak enam atau tujuh tahun menjadi wasit dalam pertandingan mereka sendiri terlihat seperti resep kekacauan. Tapi, itulah yang Asosiasi Sepak Bola Belanda (KNVB) coba selama dua tahun terakhir lewat skema bernama 'Fair Play Football'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Skema KNVB ini dirancang untuk mengurangi tekanan anak-anak dari orang tua yang terkadang sering mengatur secara berlebihan untuk melakukan sesuatu.

"Dengan cara ini, anak-anak yang baru mengenal sepak bola lebih bebas merasakan pengalaman dalam pertandingan, ketimbang mendengarkan instruksi para orang tua atau pelatih mereka," kata juru bicara KNVB seperti yang dikutip dari CNN.

"Anak-anak membuat keputusan dalam lapangan. Para orang tua dan penonton lainnya berdiri 20 meter dari lapangan dan hanya diperbolehkan menyemangati anak-anaknya. Pelatih menjadi pengawas pertandingan dan tugas mereka memimpin pertandingan ke arah yang benar."

Program ini melibatkan lebih dari 700 tim di wilayah Limburg dan Brabant, dengan harapan akan terus bertambah di masa mendatang.

Salah satu orang tua dari seorang pemain akademi Liga Primer Inggris yang tidak ingin diungkapkan namanya, menyambut baik inisiatif negeri Kincir Angin tersebut.

"Self-refeering adalah sesuatu yang perlu diajarkan kepada anak-anak sedari dini. Sekolah-sekolah perlu meniru ide ini," ucapnya.

"Pertandingan mungkin akan lebih aman karena pelanggaran menjadi lebih sedikit. Saya pikir ini akan menjadi investasi berharga untuk melatih diri mereka. Anda harus melakukan itu di awal musim, memberikan mereka aturan yang sangat jelas dan melatih mereka untuk menghormati hukum."

Sepak bola amatir Belanda sempat mendapat sorotan pada Desember 2012 ketika Richard Nieuwenhuizen, seorang hakim garis 41 tahun meninggal dunia akibat kekerasan dalam pertandingan.

Tragedi memilukan tersebut terjadi dalam sebuah liga junior yang mempertemukan klub Buitenboy dengan Nieuw Sloten di kota Almere.

Nieuwenhuizen yang merupakan ayah dari salah seorang pemain Buitenboy, dihujani pukulan dan tendangan oleh beberapa pemain Nieuw Sloten. Ia dilarikan ke rumah sakit terdekat setelah insiden kekerasan itu, namun nyawanya tak dapat ditolong.

Steven Lawrence yang pindah ke Belanda dari Inggris pada 2008 bersama keluarganya untuk mendukung karier sepak bola anaknya, Jamie, juga percaya ide KNVB harus didorong dan didukung.

Jamie (23 tahun) sekarang bermain sepak bola profesional untuk klub asal Slovakia, AS Trencin.

"Ini membuat anak-anak memiliki rasa keadilan yang kuat dan dengan mendorong mereka untuk terlibat menjadi wasit, akan muncul pandangan berbeda dalam melihat suatu pertandingan yang akan berguna nantinya," ujar Lawrence.

"Saya suka ide tersebut karena dapat menjaga perilaku orang tua juga dari berkata kasar sambil meneriaki anak-anaknya, dan ancaman baku hantam antar orang tua."

Artikel ini juga bisa Anda baca melalui: https://edition.cnn.com/2015/09/28/football/dutch-football-without-referees/
(har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER