Kudus, CNN Indonesia -- Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata memberi perbandingan antara pemain bulu tangkis pada beberapa dekade lalu dan pada masa kini. Menurut Christian, pemain zaman dulu selalu ngotot untuk menang, termasuk dalam latihan.
Kengototan untuk bisa terus memetik kemenangan itulah yang tidak lagi terlihat menonjol dari pebulutangkis masa kini. Alhasil, terjadi penurunan prestasi dari para pebulutangkis Indonesia yang sebelumnya pernah merajai dunia.
Christian pun mencontohkan karakteristik para pemain generasi 90-an saat dirinya termasuk salah satu pelatih di Pelatnas Cipayung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemain seangkatan Susi Susanti, bila kalah dalam latihan, kesedihan mereka sudah seperti kalah dalam pertandingan."
"Pola pikir seperti ini yang sejatinya harus kembali ditanamkan. Mereka harus tidak mau kalah dan berpikir bahwa kalah itu aib, termasuk saat mereka bahkan hanya sedang latihan," ucap Christian di Kudus, Rabu (7/10).
Menurut Christian, tidak boleh ada kompromi dan toleransi selama latihan dari pelatih kepada atlet. Karena dengan begitu para pemain akan berada dalam kondisi siap baik secara fisik maupun mental saat menjalani pertandingan yang sesungguhnya.
Menarik lebih ke belakang, peraih dua medali emas Kejuaraan Dunia 1980 ini pun mengenang masa-masa 'sulit' yang dialami oleh pemain segenerasinya saat harus berlatih tanpa pelatih.
"Dengan begitu, kami harus berpikir sendiri dalam mencari strategi bermain. Pemain dulu terbilang mandiri, berbeda dengan sekarang yang lebih sering 'disuapi' strategi oleh pelatih."
"Padahal di lapangan, atlet terkadang harus dituntut untuk bisa secepatnya menemukan cara mengolah permainan saat menghadapi berbagai macam tipe lawan," ungkap Christian.
Christian pun mengakui bahwa sampai sekarang Indonesia masih kesulitan mencari atlet hebat, terutama di nomor tunggal putri.
"Ada yang bilang bahwa juara itu dilahirkan. Ada yang bantah, juara harus dibuat. Dua-duanya menurut saya benar."
"Juara memang harus dibuat tetapi juga memang si pemain itu juga dilahirkan dengan bakat juara. Kalau tidak dilahirkan dengan bakat juara, sulit untuk menjadikannya juara," ujar juara Asian Games ganda putra bersama Icuk Sugiarto pada 1982 tersebut.
Tinggalkan Alat Komunikasi di KamarBukan hanya soal keseriusan 100 persen dalam latihan, Christian juga menyoroti perilaku atlet bulutangkis saat ini yang terlalu sibuk dengan telepon genggam milik mereka saat sebelum dan sesudah latihan.
"Seharusnya begitu masuk gedung latihan semua perangkat komunikasi ditinggal di kamar. Kalau ada hal-hal penting, titip pesan saja ke keluarganya, silakan telepon ke sekretariat. Perangkat komunikasi membuat fokus hilang," tutur Christian berpendapat.
"Harus dilarang penggunaan alat komunikasi dalam latihan. Jalan dari kamar, masuk lapangan, tutup semua komunikasi elektronik," ucap laki-laki asal Purwokerto, Jawa Tengah tersebut.
(ptr/ptr)