Jakarta, CNN Indonesia -- Wasit asal Malang, Jumadi Efendi, akan memimpin laga partai final Piala Presiden antara Persib Bandung dan Sriwijaya FC di Stadion Umum Gelora Bung Karno, Minggu (18/10).
"Insya Allah," kata Jumadi saat dikonfirmasi
CNN Indonesia tentang penunjukkannya sebagai juru adil di partai pamungkas tersebut.
Menghadapi laga yang akan disaksikan jutaan penggemar sepak bola di seluruh Indonesia itu, Jumadi mengaku tak memiliki persiapan khusus. "Kalau sepak bola itu yang penting pemain
nendang bola, kiper megang bola," ujarnya berseloroh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal persiapan fisik, Jumadi juga mengatakan bahwa ia hanya menjajal porsi latihannya sehari-hari yaitu satu jam sebelum, dan satu jam sesudah bekerja di kantor.
"Kalau terlalu diforsir, nanti malah
drop waktu di final," katanya. (Baca Juga:
Sebelum Final, Wasit Kantongi Nama Pemain Nakal)
Final Piala Presiden sendiri akan menyajikan tantangan yang tak mudah. Selain karena para pemain akan berjuang habis-habisan untuk menang, Jumadi juga akan bermain di hadapan puluhan ribu orang di stadion dengan kapasitas paling besar di Indonesia.
Dari kapasitas Stadion GBK 80 ribu penonton, panitia penyelenggara telah memutuskan untuk menggunakan 60 ribu kursi. Mayoritas akan terisi oleh pendukung Persib yang datang dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Sebagai wasit yang malang melintang di dunia sepak bola Indonesia, Jumadi bukan sekali dua kali memimpin laga di hadapan puluhan ribu bobotoh -- sebutan untuk pendukng Persib. Terakhir kali adalah ketika ia menjadi wasit di partai leg kedua perempat final Piala Presiden antara Persib dan Pusamania Borneo FC. Di laga itu ia menerima teriakan penonton karena mengusir keluar penyerang Persib, Ilija Spasojevic.
Menurut Jumadi, ia tak gentar dengan intimidasi penonton berupa sumpah serapah. Baginya, cacian justru menjadi 'seni' untuk seorang wasit sehingga ia akan lebih bersemangat jika mendengarnya.
Memimpin laga di GBK, stadion yang jarak antara penonton dengan lapangan lebih jauh ketimbang stadion lainnya, dianggap kurang berseni karena ia tak bisa mendengar teriakan penonton.
"Kalau di Bandung dan Samarinda saya bersemangat, karena sumpah serapah penonton terdengar," kata Jumadi sembari tertawa berkelakar. "Kalau di GBK jaraknya terlalu jauh sehingga suara penonton tidak terdengar."
"Tapi
ya, yang penting semuanya sesuai peraturan saja."
(vws/vws)