Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi yang juga pemilik Manchester City, uang bukan soal besar. Dengan kekayaan yang mencapai £20 miliar, ia tetap menjadi pemilik klub sepak bola dengan pundi-pundi uang terbesar di dunia.
Karena itulah, keputusannya menjual 13 persen saham Manchester City dengan harga US$400 juta kepada China Media Capital (CMC) dan CITIC Capital, menimbulkan pertanyaan mengenai alasan di balik langkah tersebut.
Satu faktor yang mendorong mereka adalah suntikan dana tersebut tentu akan membuat daya beli Manchester City di bursa transfer semakin kuat. Apalagi, aturan Financial Fair Play (FFP) dari otoritas sepak bola Eropa, UEFA, menyaratkan bahwa Sheikh Mansour tidak bisa menyuntikkan dana pribadinya ke dalam anggaran transfer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FFP memang memaksa klub untuk berbelanja pemain dari hasil pemasukan mereka sendiri, yaitu dari penjualan hak siar, aktivitas komersial, penjualan tiket pertandingan, dan ditopang oleh penjualan pemain di bursa transfer.
Dana segar US$400 juta, atau sekitar £265 juta, akan membuat City memiliki dorongan finansial untuk menyegarkan skuat mereka.
Namun, selain suntikan dana segar, melepas saham ke CMC ini juga akan membuka peluang City untuk melebarkan sayap mereka ke Asia dalam membangun basis penggemar global.
Menurut pengamat dari kantor berita Inggris,
BBC, Simon Stone, China telah sejak lama dianggap City sebagai pasar paling potensial untuk mendorong pertumbuhan aktivitas komersial mereka.
Saat ini, Real Madrid menjadi tim yang paling diminati oleh negara dengan jumlah penduduk lebih dari satu miliar orang tersebut. City akan coba merebut lahan tersebut melalui kerja sama antara Sheikh Mansour dan China Media Capital (CMC) serta CITIC Capital itu.
Stone menuturkan bahwa langkah-langkah itu juga akan didorong oleh CMC yang memegang hak siar dari berbagai entitas olahraga ternama di China, seperti Liga Super China, tim nasional China, dan juga Liga Universitas China.
Sementara itu, professor Chris Brady yang mengepalai departemen Bisnis Olahraga di Universitas Salford, memprediksikan langkah City selanjutnya, yaitu memiliki klub di China.
"Saat ini City telah memiliki klub di New York dan Melbourne, dan suatu hal yang masuk akal jika persinggahan mereka selanjutnya adalah di kota Shanghai atau Beijing," kata Brady seperti dinukil dari
BBC Sport.
"Hal ini akan mendorong kesempatan untuk mengembangkan sistem akademi China berskala besar."