Alasan Benitez Dipecat: dari El Clasico Hingga Soal Taktik

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jan 2016 06:03 WIB
Sejak awal, perjalanan Rafael Benitez bersama Real Madrid telah menghadapi banyak kerikil. Ia pun hanya bertahan 188 hari menjadi pelatih Madrid.
Rafael Benitez dipecat oleh Florentino Perez dan digantikan Zinedine Zidane. (Reuters / Sergio Perez)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah 188 hari menangani Real Madrid, perjalanan Rafael Benitez bersama klub ibu kota itu pun berakhir sudah. Pada Senin (4/1), presiden Madrid Florentino Perez bersama Dewan Direksi klub mengambil keputusan untuk memecatnya dan menempatkan Zinedine Zidane sebagai orang nomor satu.

Bagi seorang pelatih kawakan yang pernah memenangi Liga Champions, masa 188 hari itu tergolong singkat. Ia nyaris tidak memiliki kesempatan untuk berbenah dan memperbaiki beberapa kesalahannya.

Berikut adalah beberapa faktor yang mendorong Perez mengambil keputusan tegas mendepaknya keluar dari klub.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gagal Menghibur Publik Santiago Bernabeu

Suporter Real Madrid memang terkenal tanpa tedeng aling-aling dalam menjatuhkan vonis terhadap pemain atau pelatih. Jika sudah tidak menyukai sesuatu, mereka tanpa ampun akan memberikan cemoohan dan siulan.

Salah satu contohnya adalah ketika Real Madrid menang 10-2 atas Rayo Vallecano pada 20 Desember lalu di Stadion Santiago Bernabeu. Kemenangan telak itu tak mampu menghapuskan kekesalan para pendukung Madrid yang kadung menilai tim Benitez sebagai membosankan.

Berbagai siulan kemudian dialamatkan kepada Los Blancos, seperti halnya pada laga-laga sebelumnya.

Benitez bukan pelatih pertama yang menerima perlakukan seperti ini. Kemenangan memang bukan menjadi faktor satu-satunya yang bisa membuat seorang pelatih diterima di Madrid, tapi juga kemampuan menghibur para penggemar.

Dengan taktik pragmatis yang cenderung mengutamakan keseimbangan tim, Benitez memang tak pernah benar-benar diterima oleh publik Santiago Bernabeu.


Kekalahan Memalukan dari Barcelona

Menjamu Barcelona di Santiago Bernabeu pada 20 November lalu, Benitez mencicipi kekalahan pahit 0-4 dalam laga El Clasico pertamanya.

Kala itu Benitez melakukan kesalahan fatal mengganti taktik yang telah ia gunakan sepanjang musim demi memenuhi harapan penggemar.

Pada dua bulan sebelumnya, Benitez selalu mengandalkan Casemiro sebagai gelandang bertahan dan menggunakan formasi 4-2-3-1 yang terkenal kaku. Tapi pada laga El Clasico itu ia meninggalkan Casemiro di bangku cadangan dan memainkan Toni Kroos dan Luka Modric untuk menopang trio Benzema-Bale-Cristiano dan juga James Rodriguez.  

Hasilnya, lini tengah Madrid kosong melompong dan tak bisa menandingi pera penggawa Barcelona.
Tak Pintar Mengatur Emosi Pemain

Dalam wawancaranya dengan Bild, Toni Kroos pernah mengungkapkan bahwa Carlo Ancelotti adalah pelatih paling ideal yang pernah ia temui. Bukan hanya andal soal taktik, tapi ia juga pintar dalam menangani pemain.

Menurut Kroos, hal ini terlihat dari tidak ada satu pun suara sumbang untuk Ancelotti dari ketika ia dilepas sebagai pelatih Madrid.

Hal inilah yang gagal dilakukan Benitez.

Sebagai contoh adalah hubungannya dengan Isco dan James Rodriguez, dua pemain yang sama-sama memperebutkan posisi gelandang serang.

Benitez membuat Isco marah ketika ia tidak diturunkan di laga El Clasico dari menit pertama. Padahal, Isco adalah pemain andalan Benitez untuk mengisi kekosongan ketika James Rodriguez sedang cedera.

Di saat bersamaan, Rodriguez yang dimainkan sebagai pemain inti melawan Barca juga kesal dengan Benitez karena ia ditarik keluar dan digantikan Isco. Gelandang tim nasional Kolombia itu merasa Benitez tak mau memainkannya dalam beberapa pertandingan, meski ia sudah kembali bugar setelah cedera.

Di saat-saat kritis dan Benitez dalam ancaman pemecatan, jarang ada pemain Madrid yang memberikan dukungan terbuka.
Membuat Kesal Ronaldo Sejak Awal

Di bawah Rafael Benitez, Cristiano Ronaldo sempat mengalami kekeringan gol di awal-awal musim. Pemain tim nasional asal Portugal itu juga pernah berselisih dengan Benitez di sesi latihan pra-musim dan bahkan hingga meninggalkan tempat latihan karena tak mengerti instruksi Benitez.

Hubungan ini diperburuk dengan komentar Benitez ketika ia ditanyai soal siapakah pemain terbaik di dunia. Alih-alih memberi dukungan penuh untuk Ronaldo, Benitez malah mengatakan tak bisa memilih antara Lionel Messi atau sang bintang tim nasional Portugal.

Beberapa hari setelahnya, Benitez baru mengubah sikapnya. Seusai Ronaldo mencetak hattrick ke gawang Shaktar Donets di Liga Champions, Benitez dengan tegas mengatakan: "Tidak ada perdebatan. Ronaldo adalah yang terbaik di dunia."

Tapi saat itu nasi telah kadung menjadi bubur dan Ronaldo tak pernah menunjukkan performa terbaik musim ini. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER