Jakarta, CNN Indonesia -- Menjamu Liverpool di partai semifinal Piala Liga di Stadion Britannia, manajer Stoke City Mark Hughes akan berharap nasib baiknya menghadapi partai empat besar terus berlanjut.
Selama menjadi pemain, Hughes pernah turun di sembilan partai semifinal dan menang sembilan kali. Sayangnya, rekor ini tidak berlanjut ketika ia sudah menjadi pelatih. Dalam tiga partai semifinal sebagai pelatih Blackburn Rovers, Hughes kalah tiga kali.
Ia juga pernah dipecat sebelum laga semifinal Piala Liga ketika menjadi pelatih Manchester City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai pemain, saya mengingat partai-partai final itu dan juga kebanggaan yang Anda dapatkan ketika mewakili klub Anda dan juga memeanangi partai-partai itu," kata Hughes seperti dikutip dari
The Independent."Saya tentu ingin melakukannya lagi sebagai manajer, tapi kali ini lebih sukar."
Bukan hanya soal menjalankan profesi sebagai pelatih, namun Hughes juga merasa pelatih asal Inggris kini lebih sulit mencari klub baru.
"Pelatih asing punya kesempatan memoles CV di negara mereka sendiri, sehingga orang-orang akan melihat sang pelatih telah memenangi piala dan gelar liga. Tapi ini sedikit lebih sukar untuk seorang manajer asal Inggris."
Di Stadion Britannia, Hughes akan menghadapi tim yang paling sering memenangi Piala Liga, Liverpool. Tapi bukan berarti kompetisi ini tak punya nilai dalam sejarah Stoke City.
Piala Liga 1972 adalah satu-satunya piala yang mereka koleksi sepanjang sejarah. Kesebelasan yang mengalahkan Chelsea di partai final 43 tahun lalu itu kini tak pernah lagi harus membayar untuk minuman mereka ketika datang ke bar-bar di kota Stoke on Trent.
Hughes mengaku para pemainnya saat ini, yang diisi nama-nama internasional seperti Xherdan Shaqiri, Marko Arnautovic, dan Bojan Krkic, memahami benar makna Piala Liga.
"Ya tentu saja. Ada sekelompok mantan pemain yang dipuji untuk kesuksesan mereka. Kami ingin mengikuti langkah mereka."
(vws)