Jakarta, CNN Indonesia -- Bertepatan dengan hari pertama Australia Terbuka, dunia tenis diguncang skandal setelah muncul indikasi sindikat judi asal Rusia dan Italia mengatur skor di turnamen grand slam Wimbledon.
Diperkirakan satu dari 50 petenis teratas yang akan tampil di Australia Terbuka seringkali mengatur hasil set pertamanya. Otoritas tenis juga diklaim memiliki bukti skandal tersebut, namun tak kunjung bertindak.
Klaim itu didasarkan pada data yang dibocorkan salah satu orang dalam kepada
BuzzFeedNews dan
BBC, beserta analisis aktivitas judi dari 26 ribu pertandingan selama tujuh tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua media tersebut mengklaim otoritas tenis tidak mau menindak jaringan pengaturan skor yang melibatkan 16 pemain.
Tuduhan itu langsung dibantah Presiden Asosiasi Tenis Profesional (ATP), Chris Kermode.
"Tidak benar jika kami saat ini memiliki bukti. Ada perbedaan besar antara informasi dan bukti. Saya dapat meyakinkan bahwa dunia tenis tak menganggap remeh masalah ini," ujar Kermode seperti dilansir
Daily Mirror.
"Anggapan dunia tenis tak menyikapi dugaan itu sangatlah menggelikan. Kami sadar ada masalah itu, tetapi saya pikir itu semua hanya terjadi dalam lingkup yang kecil."
Kermode mengaku kecewa isu pengaturan skor itu terjadi hanya beberapa saat menjelang turnamen besar seperti Australia Terbuka dimulai. Namun, mantan petenis asal Inggris itu yakin Unit Integritas Tenis (TIU) dapat mengatasi dugaan pengaturan skor itu dengan baik.
"Sangat mengecewakan ketika muncul berita seperti itu menjelang dimulainya sebuah ajang besar," ujar Kermode seperti dilansir
Reuters. "Tapi kami yakin TIU melakukan segala yang mereka mampu untuk mengatasi masalah ini."
Kermode juga mengklaim investigasi TIU pernah membuahkan sanksi kepada 18 pemain, yang enam di antaranya mendapatkan sanksi seumur hidup dilarang terlibat dalam dunia tenis.
(vws)