Jakarta, CNN Indonesia -- Atlet angkat besi Indonesia memilih berangkat ke Olimpiade 2016 dari pemusatan latihan di Cape Town, Afrika Selatan, ketimbang dari Jakarta. Mereka juga tidak ingin proses adaptasi terganggu dengan perjalanan dan tetek bengek seremonial seperti pengukuhan atlet yang biasanya dilangsungkan di ibu kota.
Sebelum berangkat ke Rio de Janeiro, Brasil, atlet angkat besi Indonesia memang akan menjalani pemusatan latihan di Cape Town dari awal Juli terutama untuk proses aklimatisasi. Sementara Olimpiade Rio akan dimulai pada 5 Agustus nanti.
"Kami harapkan dengan begini kami (PABBSI) tidak disibukkan acara seremonial dan pengukuhan. Kami juga akan berlebaran di sana. Ini ajang terbesar di dunia olahraga, atlet sangat mendambakannya. Karena itu kami harus lebih fokus agar atlet juga lebih siap," kata Kepala Pelatih Persatuan Angkat Besi, Bina Raga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PABBSI), Dirdja Wihardja kepada
CNNIndonesia.com usai sesi latihan di Pintu Kuning Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Selasa siang (26/1)..
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dari berangkat dari Jakarta, perjalanan berapa lama? Sangat menguras tenaga. Kami kan olahraga terukur. Jam tidur kurang saja sangat berpengaruh."
Dirdja mengaku PABBSI sudah semakin fokus latihan sejak 4 Januari lalu. Kondisi para atlet sekarang, ucapnya, sudah dalam masa adaptasi otot. Bulan depan sudah masuk program latihan yang lebih berat lantaran pada April mendatang akan ada Try Out ke Kejuaraan Asia, kemudian Juni akan ada pembentukan tim inti Olimpiade. Setelahnya PABBSI baru akan bertolak ke Cape Town.
Fokus pada Nomor Kelas Bawah
Indonesia mendapat kuota atlet sebanyak lima putra dan dua putri untuk Olimpiade berikutnya. Jatah itu akan diperebutkan delapan atlet putra dan lima atlet putri.
Dengan jumlah kuota itu, Indonesia tidak akan mengikuti semua kelas yang ditandingkan namun hanya nomor-nomor yang kira-kira berpeluang mendapat medali.
"Kami (PABBSI) akan lebih memilih nomor-nomor tanding kelas bawah atau kecil seperti 56 kg, 62 kg, 69 kg untuk putra. Untuk putri mungkin kami persiapkan di 48 kg, 53 kg, dan 63 kg. Yang jelas, kami siapkan yang berpeluang untuk memperoleh hasil terbaik," ucapnya.
"Target tidak muluk-muluk, kita akan coba mempertahankan tradisi dari tahun 2000 yaitu menyumbang medali. Apapun medalinya nanti, tapi mudah-mudahaan ada kejutan dari atlet."
Dirja menyebut negara China akan menjadi musuh besar Indonesia dalam upaya merebut medali tersebut.
Di Olimpiade London 2012, China duduk di peringkat pertama dengan raihan 5 medali emas dan dua medali perak. Sementara Indonesia hanya dapat mencapai posisi kedelapan bersama Rumania dengan raihan satu medali perak dan satu medali perunggu.
Medali perak diraih Triyatno di kategori putra 69 kilogram dan Eko Yuli Irawan meraih perunggu di kategori putra 62 kilogram.
"Kalau di angkat besi, ancaman paling besar ya dari negara-negara Asia. Bahkan ketika kami bertanding di SEA Games dan Asian Games itu rasanya sudah seperti Olimpiade. Asia begitu dominan di angkat besi.
"Saingan terberatnya adalah Korea Utama dan China. Terutama China," kata Dirdja.
Sebagai persiapan ke Olimpiade, Dirdja mengatakan akan fokus meningkatkan kekuatan (power) dan kecepatan (speed) para atletnya.
"Berdasarkan evaluasi, kelemahan kami di situ. Dengan waktu tersisa enam bulan ini, kita pacu terus para atlet kita untuk meningkatkan performanya," katanya.
(vws)