Bowie Haryanto
Bowie Haryanto

Jangan Bully Rio

Bowie Haryanto | CNN Indonesia
Senin, 22 Feb 2016 13:20 WIB
Saat ini, Rio Haryanto sedang ditimang-timang masyarakat Indonesia. Namun dalam beberapa bulan ke depan Rio bisa 'dibanting' jika prestasinya terpuruk.
Rio Haryanto mewakili Indonesia di ajang Formula 1. (REUTERS/Darren Whiteside)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Rio Haryanto. Sebuah nama yang sedang menjadi sorotan masyarakat Indonesia karena keberhasilannya menjadi pebalap pertama Indonesia yang bisa tampil di ajang balap mobil Formula One (F1).

Setelah melalui negosiasi yang cukup panjang, Rio diterima sebagai pebalap Manor Racing untuk tampil di F1 2016. Kepastian itu didapat setelah Rio mendapat dana sponsorship 5 juta euro dari Pertamina untuk membayar uang muka kepada Manor.

Ditambah Rio akan menerima bantuan dana Rp100 miliar dari APBN-P yang hingga kini masih ditahan Komisi X DPR.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ya, sebagai pay driver, Rio harus membayar dana yang tidak kecil untuk bisa tampil di F1. Pebalap kelahiran Surakarta itu harus menyiapkan uang hingga 15 juta euro atau setara Rp225 miliar.

Seiring dengan pengumuman kepastian Rio bergabung dengan Manor, pebalap 22 tahun itu pun menjadi sensasi di media sosial. Rio dipuji setinggi langit. Rio dielu-elukan.

Namun, masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan buruk dalam menghadapi situasi yang dialami Rio saat ini. Kebiasaan buruk itu seperti tercermin dalam penggalan lagu komedian legendaris Indonesia, Benyamin Sueb, berjudul 'Sepakbola'.

"Sup Yusup ditimang-timang, diangkat-angkat, lalu dibanting," bunyi salah satu penggalan lirik di lagu tersebut.

Masyarakat Indonesia saat ini dalam posisi menimang-nimang dan mengangkat Rio karena keberhasilannya menjadi pebalap F1. Namun, dalam beberapa bulan ke depan, Rio bisa 'dibanting' masyarakat Indonesia jika prestasinya di ajang jet darat itu terpuruk.

Jika saat ini Rio mendapat pujian di media sosial, bukan tidak mungkin pengoleksi tiga kemenangan di seri balapan GP2 tersebut akan menjadi korban bullying masyarakat Indonesia dalam beberapa bulan ke depan.

Hal itu sempat dialami Timnas Indonesia U-19. Harapan yang berlebihan dari publik Indonesia membuat Evan Dimas dan kawan-kawan sempat menjadi korban bullying setelah gagal total di ajang Piala Asia U-19 2014 di Myanmar.

Dengan banyaknya kegiatan olahraga yang membutuhkan Indonesia merogoh kocek sangat dalam dibeberapa tahun ke depan, uang Rp100 miliar yang dijanjikan pihak Kemenpora untuk Rio jelas sangat berarti.

Indonesia akan menghadapi Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro dan kabar terakhir pihak KOI mengatakan dana yang diperlukan akan disediakan pemerintah.

Selain itu Indonesia sedang berambisi menjadi tuan rumah MotoGP untuk 2017 dan dibutuhkan dana ratusan miliar rupiah untuk membayar Dorna, perusahaan penyelenggara MotoGP, dan membangun sirkuit.

Dana terbesar akan dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk persiapan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Hanya untuk memperbaiki dan memperbaharui Gelora Bung Karno saja dibutuhkan sedikitnya Rp 700 miliar. Belum infrastruktur lain. Bilangannya pasti triliunan Rupiah.

Tetapi apa boleh buat, balap mobil F1 memang olahraga mahal. Siapapun bisa mempertanyakan keputusan (pemerintah) untuk membantu Rio.

Katakanlah mengapa uang tidak dipergunakan untuk membantu olahraga yang tidak elitis macam F1. Atau kalau mau lebih populis, mengapa uang tidak dipergunakan untuk membantu mengentaskan kemiskinan, pendidikan atau semacamnya.

Pertanyaan-pertanyaan semacam sesungguhnya retorika yang tidak membanyak membantu. Karena keputusan apapun selalu ada yang tidak setuju dan setuju. Selalu saja ada alasan untuk menolak dan menerima. Dan diujung, tidak juga akan ada penyelesaian.

Pada akhirnya keputusan harus diambil. Yang paling penting adalah siapapun pengambil keputusan bisa bertanggung jawab.

Semestinya keberhasilan Rio menjadi pebalap Indonesia pertama yang bisa tampil di ajang F1 mendapatkan dukungan penuh. Apapun hasilnya nanti, Rio tetap pantas mendapatkan dukungan dan pujian, karena tidak sembarang pebalap yang bisa tampil di ajang F1.

Jika Manor ingin mendapatkan uang lebih banyak dari pay driver, maka tim asal Inggris itu sebenarnya bisa dengan mudah memilih pebalap dari negara-negara Timur Tengah yang memiliki kemampuan finansial tidak terbatas.

Prestasi Rio sejak tampil di ajang Formula Asia pada 2008 hingga menempati posisi keempat di GP2 musim lalu jelas menjadi pertimbangan utama bagi Manor.

Sekali lagi, F1 ajang olahraga bergengsi yang tidak murah. Menjadi pebalap pay driver juga bukan sesuatu yang memalukan, karena juara dunia seperti Michael Schumacher dan Fernando Alonso juga memulai karier di F1 sebagai pay driver. Jadi, good luck, Rio!

(dlp)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER