Jakarta, CNN Indonesia -- Pebalap Amerika Serikat pernah jadi jagoan-jagoan di kelas premier balap motor. Namun kini, jangankan favorit juara, sekadar penggembira pun tak ada.
Nama-nama besar seperti Kenny Roberts, Freddie Spencer, Eddie Lawson, Wayne Rainey, hingga Kevin Schwantz boleh jadi akan kecewa melihat perkembangan yang terjadi di ajang MotoGP saat ini.
Ketika MotoGP semakin menarik minat jutaan orang di dunia ini, justru pebalap AS tak ikut berpesta di dalamnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah Nicky Hayden memutuskan untuk tak lagi membalap di ajang MotoGP musim 2016, maka resmi sudah AS tak punya pebalap di level elite balap motor dunia ini.
Catatan ini sendiri tentunya sangat menyedihkan karena sebagai negara besar yang juga punya pengaruh kuat di berbagai cabang olahraga, AS tak punya wakil di balapan ini.
Hal ini tentu merupakan kemunduran jauh karena bila beberapa dekade lalu pebalap AS masih berbicara soal gelar juara dunia, maka saat ini untuk sekadar menikmati keriuhannya saja mereka tak bisa. Hayden juga jadi orang AS terakhir yang mampu memenangi MotoGP, yaitu pada tahun 2006 silam.
Dalam generasi Hayden, sempat ada beberapa pebalap AS lainnya yang mencoba peruntungan di ajang MotoGP seperti Colin Edwards dan Ben Spies. Meski mereka pernah memenangi Superbike, namun mereka gagal untuk tampil mengkilap di ajang MotoGP.
Kemunduran pebalap AS pun diakui oleh Schwantz. Juara dunia 500 cc tahun 1993 ini menilai negaranya tertinggal jauh saat ini.
"Pada masa dulu, pertanyaan yang muncul bukanlah 'Apakah pebalap AS akan memenangkan MotoGP?' namun 'Pebalap AS mana yang akan menang MotoGP?'," ujar Schwantz menggambarkan kedigdayaan negaranya di masa lampau.
Minimnya pebalap AS akhirnya berpengaruh pada animo masyarakat AS terhadap ajang MotoGP beberapa tahun terakhir. Schwantz menilai jumlah penggemar MotoGP di AS akan kembali meroket bila ada banyak pebalap AS di ajang MotoGP, dan juga Moto2 dan Moto3.
"Warga AS sangat menyenangi berkumandangnya lagi kebangsaan. Kami ingin mendengar lagu kebangsaan kami, bukan Italia, Spanyol, atau Australia," ujar Schwantz.
Bukan hanya di level elite MotoGP, AS juga tak memiliki wakil di level Moto2 dan Moto3 yang biasanya jadi jembatan sebelum seorang pebalap terjun ke MotoGP. Fakta menyedihkan itu semakin membuat harapan publik AS untuk bisa melihat pebalap AS di ajang MotoGP semakin jauh dari angan.
"Saya rasa AS tak kekurangan talenta-talenta berbakat seperti Roberts, Rainey, dan Lawson. Namun salah satu kendalanya adalah pendanaan yang harus mereka kumpulkan untuk mewujudkan mimpi tersebut."
"Dan bila nantinya seorang pebalap muda mendapat kesempatan untuk pergi ke kompetisi tersebut (Moto3, Moto2, MotoGP), maka dia tak boleh menyia-nyiakannya karena itu adalah kesempatan sekali seumur hidup," ucap Schwantz memberikan peringatan.
(ptr)