Jakarta, CNN Indonesia -- Di bawah bukit-bukit tanpa pepohonan yang mengelilingi Glenbuck, desa tak berpenghuni di Skotlandia Selatan, angin dingin meniupkan kenangan dari masa lalu.
"Di sana ada Spireslack," ujar seorang penduduk lokal yang juga berprofesi sebagai penulis, Robert Gillan, ketika menunjuk tambang batu bara tua yang dulunya menopang kehidupan desa tersebut dari generasi ke generasi.
"Dan di sana, di balik pagarnya, ada lapangan sepak bola."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di atas rumput kampung East Ayrshire, yang kini tumbuh liar dan tak terkendali, nama-nama besar di dunia sepak bola seperti Bill Shankly mengasah kemampuan yang membuatnya kemudian sampai ke puncak dunia olahraga.
Shankly adalah salah satu pesepak bola terkenal yang lulus dari lapangan Glenbuck dan kemudian menjadi bintang di klub Preston North End. Di kemudian hari ia mengubah Liverpool menjadi salah satu klub paling sukes di Inggris ketika menjadi manajer pada 1959 dan 1974.
Kekayaan sejarah di sudut Skotlandia yang terlupakan dan tak berpenduduk nyaris selama 50 tahun ini, adalah tentang asal muasal putra paling terkenalnya.
"Ketika Anda berkisah tentang Glenbuck, Anda akan bercerita tentang olahraga massal. Anda bercerita tentang sejarah industri di negara ini," kata Adam Powley menuturkan soal keterkaitan antara sepak bola dengan industri berat.
Powley sendiri adalah penulis yang bekerja sama dengan Gillan untuk mengerjakan buku
Shankly's Village.
"Lebih baik tempat ini yang dijadikan rumah spiritual sepak bola ketimbang markas besar FIFA di Zurich," katanya.
Taman Kanak-kanak Pesepak BolaDalam lembaran sejarahnya, lebih dari 50 orang dari Glenbuck -- termasuk di antaranya empat saudara Shankly -- menjadi pesepak bola profesional. Padahal populasi desa itu tak pernah lebih dari 1700 orang.
Mayoritas penduduk Glenbuck bekerja di pertambangan batu bara, sementara para pemain muda membela tim amatir, Glenbuck Cherrypicker.
Untuk menempatkan angka-angka ini dalam sudut pandang berbeda, tim non-profesional di London harus melahirkan 250 ribu pemain profesional (dari kota yang berpopulasi delapan juta) selama 40 tahun untuk bisa menyamai Glenbuck, demikian menurut penelitian menurut Powley dan Gilian.
Akademi modern seperti kepunyaan Ajax Amsterdam dan Barcelona bisa menyombongkan produksi talenta-talenta, dengan suplai pemain yang didapatkan dari seluruh sudut dunia. Mereka menyediakan standar pendidikan, pelatihan, dan akomodasi kelas pertama.
Saking kecil, miskin, dan terpencilnya Glenbuck, desa itu tak memiliki listrik atau kamar mandi di dalam ruangan. Alam yang menopang desa itu dan juga menempa para pesepak bolanya adalah alam yang keras, berbahaya, dan juga bisa berubah sewaktu-waktu.
"Ini sangat mencengangkan," kata Powlen ketika ditanyai soal kemampuan kampungnya untuk memproduksi pesepak bola profesional. "Ada hubungan antara tempat kerja dan juga olahraga yang membuatnya bisa memproduksi demikian banyak pesepak bola."
"Tak ada tempat lain yang mirip seperti ini, dan nyaris tak mungkin terulangi lagi."
 Patung Jock Stein berdiri tegak di kota Glasgow. (Ian MacNicol/Getty images) |
Olahraga di Era Revolusi IndustriPara pionir dunia sepak bola lahir dari gelombang pertama ekspor pesepak bola Glenbuck. Mereka tersebar di kota-kota kelas pekerja yang baru terbentuk ketika era revolusi industri dimulai.
Powley berpendapat, sejarah klub-klub terkenal di Inggris seperti Tottenham Hotspur, Burnley, atau Portsmouth akan sangat berbeda jika tanpa kehadirn para nomaden dari tanah Glenbuck.
Dua pesepak bola yang membela Spurs, Sandy Tait dan Sandy Brown, adalah penduduk asli Glenbuck yang memenangi Piala FA pada 1901 -- satu-satunya klub non-liga yang pernah mencapai prestasi itu.
Kemenangan lainnya di Piala FA pernah ditorehkan George Halley, pesepak bola yang lahir di Glenbuck, bersama Burnley pada 1914.
Sementara itu paman Shankly, Robert Blyth, bermain untuk Pourtsmouth sebelum menjadi manajer, pemimpin klub, dan juga salah satu direkturnya.
Tapi tanpa terbantahkan lagi, pengaruh terbesar Glenbuck terjadi di tepian sungai Merseyside. Di kota Liverpool, ekspor paling populer Glenbuck masih dipuja sebagai Dewa kharismatik yang membawa kesuksesan ke tanah yang sebelumnya miskin gelar.
Shankly memenangi tiga gelar Liga Inggris, dua Piala FA, dan juga Piala UEFA dalam 15 tahun masa kepemimpinannya bersama Liverpool.
Ia yang membangun fondasi dominasi Liverpool di Eropa pada periode akhir 1970 hingga awal 1980-an, ketika dua mantan asistennya yaitu Bob Paisley dan Joe Fagan mengantarkan empat Piala Eropa (kini Liga Champions).
"Kebangkitan Liverpool menjadi salah satu klub paling hebat, paling terkenal, dan juga mengoleksi paling banyak gelar di dunia secara langsung dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang dianut Shankly ketika ia tumbuh dewasa," kata Powley.
Meski klub itu sekarang dimiliki perusahaan Amerika Serikat, Fenway Sports Group, dan juga dilatih manajer asal Jerman Juergen Klopp, Powley berkata bahwa ada "hubungan langsung antara Glenbuck, Shankly, dan juga Liverpool modern."
Resep Rahasia GlenbuckTapi bagaimana caranya pedesaan yang sangat kecil dan terpencil bisa memiliki pengaruh pada olahraga paling populer di dunia? Bagaimanapun juga, ada daerah pertambangan lainnya yang juga memproduksi pemain dan manajer terbaik.
Jock Stein, yang membawa Glasgow Celtic merebut Piala Eropa 1967, bekerja di pertambangan Burbank di area tetangga Lanarkshire. Matt Busby, manajer Manchester United yang membawa MU juara Eropa satu tahun setelahnya juga menghabiskan masa kecilnya di pertambangan dekat Bellshill.
Di daerah lainnya, penerus Shankly di Liverpool, Bob Paisley juga pernah bekerja di tambang batu bara di Durham, Inggris Utara, di awal-awal hidupnya.
Meski tempat-tempat ini memiliki karakteristik sama dengan Glenbuck, tempat-tempat itu tak memiliki rasio memproduksi pesepak bola setinggi Glenbuck.
Sam Purdie yang lahir di Glenbuck pada 1936, percaya bahwa desa itu memiliki beberapa faktor kunci.
Ia mengenang adanya komunitas yang sangat erat yang di dalamnya terdapat orang-orang berjiwa besar, menganut politik sosialisme, dan juga para pesepak bola andal.
Ia mengingat salah satu kisah ketika Bill Shankly bermain bola dengan pemuda-pemuda lokal di sela-sela liburannya dari aktivitas bersama Liverpool.
Cerita itu mencerminkan bagaimana penduduk desa memiliki akses tak terbatas pada pengetahuan dan juga jejaring sosial dari orang-orang yang telah sukses menapaki dunia sepak bola profesional.
Menurut Purdie itulah salah satu alasan desa itu terus menelurkan para pemain hebat.
Banyak di antara mereka memiliki saudara, paman, sepupu, sahabat, atau mantan rekan kerja yang sukses menjadi pesepak bola.
Selain itu, para penduduk lokal juga tak pernah berhenti berlatih dan akan mendatangi lapangan sepak bola setiap malam setelah bekerja. Gairah kuat untuk meloloskan diri dari bahaya bekerja di bawah tanah juga sangat kuat.
"Anda akan melakukan apapun untuk bisa keluar dari tambang," kata Purdie. "Salah seorang kakek saya kehilangan kedua kakinya, dan salah satu tulang belakangnya retak. Tambang bukan tempat kerja yang ideal untuk siapapun."
Menurut Purdie, menjalani seluruh kesukaran itu bersama tetangga dan juga teman melahirkan rasa hormat untuk sesama, kepercayaan, etos kerja keras, dan juga kebersamaan yang kemudian akan ditunjukkan di atas lapangan.
Kualitas seperti ini yang dibawa orang-orang seperti Shankly ke klub-klub profesional di Inggris. "Pelajaran yang mereka bawa adalah jangan pernah menyerah. Meski Anda ketinggalan tiga gol, jangan menyerah," kata Purdie.
 Plakat Bill Shankly di gerbang stadion Anfield milik Liverpool. (Clive Brunskill/Getty Images) |
Babak SelanjutnyaTambang terakhir Glenbuck ditutup di awal 1930-an dan desa itu akhirnya ditinggalkan dan kemudian mati ketika beberapa penduduk tersisa pindah pada 1970-an.
Area itu menjadi kota hantu yang hanya dikunjungi beberapa orang -- di antaranya adalah pendukung Liverpool yang ingin melihat tempat pahlawan besarnya lahir.
Pada pergantian milenium, pemerintah mengeluarkan izin untuk mengubah tanah di sekitar desa tua itu untuk menjadi tambang terbuka batu bara.
Mesin-mesin besar kemudian mengobrak-abrik situs Spireslack, menciptakan lembah buatan manusia sedalam 91 meter. Tapi perusahaan yang mengurusi pekerjaan itu bangkrut pada 2012 sebelum efek buruk dari penggalian bisa dibersihkan.
Lubang raksasa itu dengan mudah terlihat sebagai luka pada bumi Glenbuck -- atau metafora menyedihkan tentang hilangnya sebuah industri dan juga perubahan sosial drastis yang masih terasa hingga saat ini.
Untuk para pengamat sepak bola, tidak sukar untuk memplot hubungan antara deindustrialisasi Inggris, kejatuhan kota seperti Glenbuck, dan juga melonggarnya hubungan sakral antara klub dan komunitasnya.
Terlepas dari penampilannya yang terluka oleh penambangan terbuka itu, ada Glenbuck punya kesempatan tak terbatas dewasa ini.
Profesor Russel Griggs adalah kepala Yayasan Restorasi Pertambangan Skotlandia, sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengembalikan produktivitas Spireslack dan juga beberapa tambang di seluruh Skotlandia.
Dari penggalian di samping lembah, terungkap bahwa daerah itu sebenarnya sangat kaya yang bisa menjadi basis sebuah taman geologi yang baru dan juga pusat penelitian, yang akan membawa efek dan keuntungan secara ekonomi.
Griggs mengingat salah satu geologis dari Winsconsin mengatakan kepadanya "bahwa makna lembah ini bagi para geologis adalah seperti akselerator partikel di CERN untuk para fisikawan."
Penambangan terbuka itu juga mengungkapkan ada peti harta karun berisikan fosil. Kegunaan lainnya dari Spireslack adalah lokasi untuk olahraga ekstrem, situs untuk para 'petani' angin, atau untuk syuting film fiksi-ilmiah atau film bertemakan hari kiamat.
Akademi Glenbuck yang BaruMengingat sejarah panjang sepak bola yang lahir di area ini, Griggs berharap proses restorasi juga akan menyertakan bagian penting dari sejarah desa tersebut sebagai produsen atlet.
Berbagai rencana untuk membangkitkan lapangan sepak bola Glenbuck juga sedang dipertimbangkan, demikian pula dengan pembangunan vila-vila yang bisa menjadi tempat akomodasi para pecinta sepak bola.
Gillan juga mendirikan Akademi Sepak Bola Glenbuck yang bertempat di kota tetangga, Douglas.
Ia berharap suatu saat bisa memindahkan akademinya ke dekat lapangan Glenbuck yang lama dan mendirikan pusat pembinaan bagi para pemain muda lokal. Faktor penting dalam rencananya ini adalah menggunakan nilai-nilai dan filosofi kelas pekerja yang membuat Glenbuck menjadi bidan bagi lahirnya para pesepak bola profesional.
Gillan juga berharap bisa memasukkan satu prinsip lainnya pada hidup seorang pesepak bola. "Pada dewasa ini, karier seorang pemain muda tak perlu berakhir jika mereka tak bisa menjadi seorang profesional," katanya.
"Anda bisa menjadi fisioterapis, ahli taktik, ahli diet, pemandu bakat, atau penganalisis pertandingan -- semua pekerjaan baru yang menjadi penting di dunia sepak bola. Saya ingin mengajarkan anak-anak ini bahwa jika mereka gagal menjadi pemain, ada peluang lain yang terbuka di dunia olahraga."
Terwujudnya impian itu akan tergantung pada kemampuan mencari dana, baik dari pemerintah maupun pijak swasta, demikian dinyatakan Griggs.
Menurut seorang konsultan pariwisata dan juga pengembangan daerah, Colin Smith, rencana-rencana pasti tentang pengembangan Glenbuck baru akan terungkap di akhir tahun.
Meski demikian, mengingat lokasinya yang terpencil, secara finansial nyaris tak mungkin mendirikan akademi sepak bola tanpa menjadi bagian proyek yang lebih besar.
Purdie memiliki keraguan apakah rencana Gillan akan menghasilkan sesuatu. Sentimen ini juga dirasakan penduduk lokal yang ditemui
CNN Internasional di Glenbuck. Di area dekat Glenbuck, bekas tambang juga dipertimbangkan menjadi lokasi taman-geologi.
Meski demikian, bagi orang-orang seperti Gillan dan Powley, sekadar memperbincangkan pengaruh Glenbuck untuk sepak bola menjadi langkah penting untuk memastikan kisah mencengangkan desa ini diturunkan kepada generasi selanjutnya.
"Saya kira ini akan menjadi inspirasi yang baik untuk anak-anak, untuk belajar tentang pemain yang datang dari desa ini dan apa yang telah mereka capai," kata Gillan.
"Mereka tak memahami mengapa desa ini bisa menghasilkan demikian banyak pemain dan bisa sangat berpengaruh. Kisah ini membuat mereka percaya bahwa mereka bisa melakukan yang sama."
----
Tulisan ini disadur dari artikel CNN Internasional berjudul Spirit of Shankly: Reviving the ghost village that bred footballers. (vws)