Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Mauritius menyeruak di antara peserta-peserta reguler Piala Uber seperti China, Indonesia, Jepang, dan Korea. Di balik sukses tersebut, ternyata ada nama pelatih Indonesia yang berperan besar di dalamnya.
“
Come on! Heads up! Focus! Try to make a point!”
Itulah sejumlah teriakan yang terdengar dari Annas Jauhari di bangku pelatih Mauritius. Di depannya, ganda putri Mauritius, Nicki Chan-Lam/Shania Leung sedang berhadapan dengan Chen Hsiao Huan/Huang Mei Ching dari Taiwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Annas kemudian bertepuk tangan pada tiap poin yang didapat oleh pemain asuhannya. Tak lupa ia juga terus memberikan instruksi pada masa interval atau jeda pertandingan.
Pada laga tersebut, Chan-Lam/Leung kalah 5-21, 6-21, membuat Mauritius harus kalah dengan skor 0-5 dari Taiwan.
Kekalahan tersebut memang telak, namun keberhasilan Mauritius masuk putaran final Piala Uber sudah merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi mereka. Ini adalah kali pertama Mauritius mampu lolos ke putaran final Piala Uber.
“Kami berhasil mengalahkan negara-negara kuat lainnya di Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir, dan Uganda. Tim Thomas kami juga nyaris masuk putaran final sayangnya kalah dari Afrika selatan di babak final,” ujar Annas kepada CNNIndonesia.com di Kunshan Sport Center, Minggu (15/5).
Selain lolos ke putaran final, Mauritius juga mencatat prestasi besar dengan menyapu bersih tujuh medali emas di ajang Indian Ocean Island Games, atau pesta olahraga negara kepulauan di Samudera Hindia.
Tak hanya itu, Mauritius juga mendapat dua emas dan satu perak di ajang African Games.
“Ajang multievent tersebut jadi ajang paling bergengsi di Mauritius. Kemenangan besar itu juga membuat Mauritius kembali meraih medali emas di bulutangkis setelah 20 tahun hampa gelar.”
“Saya rasa kemenangan Tim Bulutangkis Mauritius membuat olahraga ini jadi olahraga nomor dua di negara sana setelah sepakbola. Tim Bulutangkis sukses meraih penghargaan best team of the year di Mauritius,” kata Annas.
Cari Tantangan Baru di MauritiusAnnas datang ke Mauritius setelah mendapat kabar bahwa Mauritius sedang mencari Kepala Pelatih dan akhirnya ia menyetujui hal tersebut.
“Sempat ada tawaran dari Swedia namun akhirnya saya memutuskan untuk menjalani tantangan baru bersama Mauritius,” kata Annas.
Annas memang cukup lama menghabiskan waktu di Swedia mengikuti sang ayah, Atiek Jauhari yang pernah melatih di Swedia.
“Tak ada asrama di Mauritius namun ada jadwal latihan yang akan diikuti oleh para pemain. Tak sulit mengumpulkan para pemain karena negaranya tak besar dan tak macet, mungkin hanya butuh waktu dua jam untuk mengelilingi satu negara,” tutur Annas bercerita tentang Mauritius.
Dalam menjalankan tugas barunya sebagai Kepala Pelatih, Annas mengaku mendapat dukungan yang bagus dari Mauritius.
“Mauritius memberikan dukungan penuh, termasuk dalam hal finansial. Bila kami semakin berkembang, maka tentu saja negara akan mendukung kami untuk tampil di ajang super series.”
“Namun tentunya butuh waktu untuk menuju kesana karena kami harus berproses. Target saya ke depan adalah memiliki pemain yang bisa duduk di 50 besar dunia,” kata Annas.