Jakarta, CNN Indonesia -- Louis van Gaal harus meletakkan jabatannya sebagai manajer Manchester United akhir musim ini. Selang lima hari usai pemecatan Van Gaal pada Senin (23/5), Jose Mourinho ditunjuk klub menggantikan posisi pelatih asal Belanda itu.
Mou tentu sosok yang cukup familier bagi Van Gaal. Keduanya pernah berada satu klub, tepatnya saat pelatih asal Portugal menjadi penerjemah Van Gaal dirinya pertama kali merapat ke Barcelona pada 1997 silam.
Inilah kisah pertemuan pertama Mourinho dan Van Gaal di klub Katalonia tersebut. Mou sendiri pada mulanya merupakan penerjamah mendiang pemain legendaris Inggris, Bobby Robson, yang pada 1992 mulai melatih klub Portugal, Sporting Lisbon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mou yang saat itu berprofesi sebagai pengajar, memilih tawaran pekerjaan baru sebagai penerjemah di klub sepak bola karena hasratnya di dunia itu.
Mourinho memilih karier akademis di bidang studi sains olahraga setelah kariernya sebagai gelandang di klub sepak bola amatir Portugal tak berjalan mulus. Ia memang begitu berharsat mengikuti jejak sang ayah yang pernah menjadi kiper di klub Portugal.
Ketika Robson hengkang dari Barcelona pada 1996, Mou tetap bertahan. Ia kemudian meneruskan perannya sebagai penerjemah Van Gaal di Katalonia.
Mourinho tak sekadar menjadi penerjemah saat era Van Gaal di Barcelona. Ia juga diberikan peran tambahan oleh mentornya itu mengelola tim A dan B di Barcelona.
Pemain legenda Barcelona, Xavi, menjadi salah satu pemain muda binaan Barcelona yang pernah dimanajeri Mou, mengasisteni tugas Van Gaal. Xavi pun mengaku kagum dengan sosok Mourinho.
"Ia (Mourinho) sangat sempurna selama tiga tahun di Barca. Mereka mengatakan Mourinho hanya penerjemah. Itu omong kosong," ucap Xavi beberapa tahun lalu saat Mou masih menangani Real Madrid, seperti dikutip situs ManUtd.
Xavi menganggap Mou sebagai salah satu asisten pelatih yang spesial di Barcelona. "Ia adalah orang yang amat mengerti filosofi permainan di Barcelona. Ia sangat dihormati oleh setiap pemain," ungkapnya.
"Tapi saya kaget ia ternyata dikenal sebagai manajer dengan tipe lain di sepak bola, lebih bertahan. Padahal, dulu ia tak suka permainan seperti itu terhadap kami."
Pada september 2000, Mourinho memilih pulang ke negaranya dan melatih klub raksasa Portugal, Benfica. Awal kariernya di klub itu tak berjalan baik, jabatannya sebagai pelatih, hanya sebentar di sana.
Mou mulai merasakan sukses ketika melatih klub papan bawah Liga Portugal, Uniao de Leiria pada 2001. Klub tersebut naik ke peringkat ketiga ketika ditangani Mourinho.
Namun, masa-masa surga justru dirasakan Mou saat dirinya menangani FC Porto sejak awal 2002. Pencapaian tertingginya adalah membawa klub itu juara Liga Champions 2003/04.
Satu hal pula yang paling diingat penonton di Old Trafford adalah selebrasinya ketika menyingkirkan ManUtd di babak 16 Besar Liga Champions 2003/04.
Di markas Setan Merah dengan berlari kencang kegirangan dari bangku cadangan ke pinggir lapangan saat menahan timnya memastikan lolos ke perempat final dengan agregat 3-2 atas lawannya itu.
Sukses tersebut pula yang mendaratkan "The Special One" ke Inggris, tepatnya ke Stamford Bridge, markas Chelsea, pada 2004 silam.
(bac)