Jakarta, CNN Indonesia -- Dilema kehadiran produsen rokok menjangkiti negara, bahkan hingga ke sektor olahraga. Sukar untuk dipungkiri bahwa kemampuan finansial mumpuni produsen-produsen rokok bukan hanya berkontribusi pada pendapatan negara, tapi menjadi penyambung nyawa ajang-ajang olahraga profesional di Indonesia.
Roda industri olahraga profesional memang membutuhkan dana sponsor sebagai oli penggerak karena secara peraturan tertulis dana APBN tak bisa digunakan untuk mendanai ajang profesional. Di sinilah peran produsen rokok (pernah) tak terbantahkan.
Jauh sebelum keterlibatan rokok dibatasi di dunia olahraga, sepak bola Indonesia menggandeng produsen rokok sebagai sponsor utama yang namanya terang-terangan digunakan sebagai titel kompetisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya saja Liga Indonesia pertama yang memiliki dinamai Liga Dunhill 1994, kemudian berubah menjadi Liga Kansas 1997, atau juga kompetisi berformat turnamen, Copa Dji Sam Soe.
Sementara di tenis meja terdapat Klub Surya Gudang Garam yang dimiliki PT Gudang Garam Tbk. Sebelum bubar pada 2008 silam, klub ini adalah penghasil atlet-atlet nomor satu di Indonesia selama tiga dasawarsa.
Jejak rokok pun hadir dalam tayangan luar sepak bola negeri ketika Djarum menjadi sponsor utama tayangan
free-to-air Liga Inggris dan Liga Italia sejak 1998 silam.
Keterlibatan rokok di kompetisi teratas sepak bola Indonesia baru terhenti pada periode 2011 dengan Djarum sebagai sponsor utama terakhir.
Kehadiran pasal 36 pada PP 109/2012 menjadi sebuah jalan tengah bagi dilema pemerintah. Mengurangi, meski tidak sepenuhnya menghilangkan.
Dalam pasal itu disebutkan produk tembakau yang mensponsori suatu kegiatan lembaga dan/atau perorangan hanya dapat dilakukan dengan tidak menggunakan nama merek dagang dan logo produk tembakau. Pasal yang sama juga melarang sponsor rokok untuk kegiatan lembaga dan/atau perorangan yang diliput media.
Namun pasal itu tak sepenuhnya menghapus keterkaitan dunia olahraga dengan rokok. Misalnya saja di bulu tangkis. PB Djarum adalah salah satu klub bulu tangkis terbesar di Indonesia yang didirikan CEO PT Djarum, Budi Hartono, dan berafiliasi dengan Djarum Foundation.
Didirikan pada 1969 untuk para pegawai pelinting rokok berolahraga, PB Djarum kini menjadi satu-satunya klub bulu tangkis yang melahirkan sembilan perebut medali Olimpiade. Audisi PB Djarum pun hingga saat ini masih yang terbesar di dunia bulu tangkis Indonesia. Pada 2015 lalu, total 2903 anak yang mengikuti audisi di sembilan kota untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di PB Djarum.
Sejak 2009 lalu, Kejuaraan Sirkuit Nasional pun selalu didukung oleh Djarum Foundation.
Jejak-jejak rokok di dunia olahraga itu diakui Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot Dewa Broto, sebagai sesuatu yang membuat pemerintah berada dalam posisi dilematis.
"Memang, antara rokok dan olahraga itu merupakan dua kutub yang saling bertolak belakang. Tapi di sisi lain, sejumlah kegiatan olahraga itu didukung oleh rokok," ujar Gatot ketika berbincang-bincang dengan
CNNINdonesia.com beberapa waktu lalu.
"Selain itu, pemerintah juga berada dalam kondisi dilematis. Jika kami konsisten tak boleh ada rokok, ada sejumlah cabang olahraga yang mengandalkan sponsor dari rokok."
Kondisi itulah yang membuat pemerintah seakan ragu-ragu untuk secara tegas mengakhiri hubungan mesra antara produsen rokok dan event olahraga. Pada akhirnya, PP 109 tetap menjadi jalan tengah pemerintah.
"Jalan tengahnya ya mereka (produsen rokok) jangan demonstratif saja (mempromosikan produknya). Jika ditunjukkan secara demonstratif baru bertentangan dengan semangat olahraga itu sendiri," ujar Gatot menambahkan.
"Faktanya
ya memang mereka kontributif."
Di kesempatan berbeda, Renita Sari, Program Director Seni Budaya Djarum Foundation menegaskan, bahwa
kegiatan yang digelar pihaknya tidak diasosiasikan dengan rokok."Djarum itu memang produsen rokok, usaha ekonominya rokok. Tapi semua program kami tidak ada yang diasosiasikan dengan produk. Bisa dilihat tidak ada sampling apa pun, karena kami murni membantu," ujarnya.
Nama yang sama hanya kebetulan. Pun karena sama-sama didanai pemilik Djarum. "Mereka punya hak untuk menggunakan nama di yayasan ini."
Dengan kemampuan finansial yang seakan tak kunjung habis dari para produsen rokok, kendati tak lagi secara terang-terangan muncul di hadapan publik, hubungan antara tembakau dan olahraga tampaknya masih akan terus berlanjut hingga bertahun-tahun ke depan. Samar, tapi tak benar-benar menghilang.
(vws)