Jakarta, CNN Indonesia -- Pelatih Brasil Carlos Dunga meluapkan kekecewaan mendalam atas kekalahan di Copa America Centenario 2016. Tim Selecao dianggap lebih banyak melakukan protes dan 'tidak bermain sepak bola'.
Brasil sebetulnya hanya membutuhkan hasil imbang untuk memastikan lolos ke perempat final. Namun, Philippe Coutinho dkk justru menelan kekalahan 0-1 dari Peru yang berstatus nonunggulan, Senin (13/6).
Merujuk data yang dilansir Soccerway, Brasil berhasil melepaskan 11 tembakan dan enam di antaranya mengarah ke gawang. Selecao juga mendominasi 64 persen penguasaan bola dibanding Peru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, Peru berhasil memanfaatkan satu-satunya peluang terbaik yang dimiliki di menit ke-73 melalui gol kontroversial Raul Ruidiaz.
Bermula dari umpan Andy Polo dari sisi kiri pertahanan Brasil dan diteruskan dengan umpan silang ke kotak penalti. Ruidiaz menyambar bola tersebut dengan paha dan tampak mengenai tangan
Sejumlah pemain Brasil sempat mengajukan protes kepada wasit karena Ruidiaz dianggap melakukan handball lebih dulu. Wasit Andres Cunha pun sempat berunding dengan para asistennya, namun gol tersebut tetap disahkan.
Para pemain Brasil yang tidak terima dengan keputusan itu sempat melakukan protes keras. Bahkan kapten tim Samba, Joao Miranda, terus mendebat keputusan wasit.
Protes berlebihan itu berdampak kepada permainan Brasil. Meski terus melakukan tekanan, namun tidak menghindarkan kekalahan 0-1 dari Peru.
"Semua orang melihat apa yang terjadi. Kita tidak bisa mengubah apa yang orang lihat," kata Dunga.
"Saya tidak mengerti mengapa mereka menghabiskan waktu selama empat menit berbicara tentang wasit dan asistennya, kemudian tidak menghasilkan apa-apa. Brasil tersingkir karena tidak bermain sepak bola," ujar Dunga.
(jun)