Mengenang Surat Bersejarah King James untuk Cavaliers

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2016 14:17 WIB
LeBron James pernah menuangkan isi hatinya untuk Cleveland Cavaliers lewat sebuah surat. Makna hubungannya dan Cavaliers tersimpan dalam surat itu.
Cleveland Cavaliers menjadi juara di final NBA berkat kemenangan di Game Tujuh. (Reuters/Bob Donnan-USA TODAY Sports)
Jakarta, CNN Indonesia -- LeBron James berhasil mewujudkan mimpinya mendapatkan cincin juara NBA bersama Cleveland Cavaliers, klub profesional pertamanya. Ia tampil menggila di Game Tujuh dengan mencatatkan 27 poin, 11 assist, dan 11 rebound.

James pun tertunduk dan menangis seusai buzzer berbunyi. Ia tak kuasa menahan haru membawa Cavaliers, klub kota kelahirannya, juara untuk pertama kali dalam sejarah.

Ia menangis bukan sekadar karena juara. Ada beban di pundaknya yang harus ia pikul. Ia memang harus menang, bukan hanya karena ia pemain nomor satu di NBA tapi juga untuk mengubur seluruh kisah buruknya bersama Cavaliers, yang bermula ketika ia memilih hengkang pada 2010 silam. Dan kemenangannya kini membuatnya menangis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memahami makna Cavaliers bagi James, berikut adalah surat yang dituliskan sang power forward ketika kembali ke Cavaliers pada 11 Juli 2014 silam: 

"Sebelum orang-orang peduli di mana saya akan bermain basket, saya adalah seorang anak dari Timur Laut Ohio. Di sana tempat saya berjalan. Di sana tempat saya berlari. Di sana tempat saya menangis. Di sana tempat saya terluka. Di sana adalah tempat yang spesial dalam hati saya. Orang-orang di sana telah melihat saya tumbuh besar. Saya terkadang merasa seperti anak mereka. Gairah yang mereka berikan begitu besar. Tapi ini mendorong saya. Saya ingin memberikan mereka harapan ketika saya mampu memberikannya. Saya ingin menginspirasi mereka ketika saya bisa. Hubungan saya dengan masyarakat Timur Laut Ohio lebih dalam dari basket. Saya tidak sadar menyadari itu empat tahun lalu. Sekarang saya sadar.

Ingatkah saat saya duduk di sana di Boys & Girls Club pada 2010? Saya berpikir, ini benar-benar sulit. Saya bisa merasakannya. Saya meninggalkan sesuatu dalam waktu yang lama. Jika saya harus melakukannya lagi, saya jelas akan melakukan segala sesuatunya berbeda, tapi pasti masih ada yang tertinggal. Miami, bagi saya, lebih seperti kampus bagi anak-anak lainnya. Selama empat tahun ini mereka membantu saya menemukan jati diri. Saya menjadi seorang pemain dan pria yang lebih baik. Saya belajar dari sebuah franchise yang saya inginkan. Saya selalu berpikir Miami sebagai rumah kedua saya. Tanpa pengalaman yang saya miliki di sana, saya tak akan mampu melakukan apa yang saya lakukan hari ini.

Saya pergi ke Miami karena D-Wade (Dwayne Wade) dan CB (Chris Brosh). Kami membuat pengorbanan untuk mempertahankan UD (Udonis Haslem). Saya senang menjadi seorang kakak untuk Rio (Mario Chalmers). Saya percaya kami dapat melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, bila kami bersama-sama. Dan itu yang benar-benar kami lakukan! Yang terberat bagi saya untuk meninggalkan Miami adalah yang saya bangun bersama mereka. Saya telah berbicara kepada beberapa dari mereka dan akan berbicara dengan yang lainnya. Apa yang kami capai tak akan berubah. Kami adalah saudara. Saya juga ingin berterima kasih kepada Micky Arison dan Pat Riley yang telah memberikan saya pengalaman empat tahun yang luar biasa.

Saya menulis surat ini karena saya ingin memiliki kesempatan untuk menjelaskan diri saya tanpa interupsi. Saya tak ingin ada seorangpun yang berpikir: 'Dia (James) dan Erik Spoelstra tidak akur. Dia dan Riley tidak akur. Heat tak mampu menyatukan timnya.' Itu sama sekali tidak benar.

Saya tak akan menggelar konferensi pers. Setelah ini, saatnya untuk berlatih.

Ketika saya meninggalkan Cleveland, saya sedang dalam sebuah misi. Saya mencari gelar juara, dan kami akhirnya juara dua kali. Setelah musim juara itu berlalu, status bebas transfer sama sekali tak ada dalam pikiran saya. Akan tetapi saya memiliki dua orang anak dan istri saya, Savannah, hamil seorang anak perempuan. Saya mulai berpikir tentang kemungkinan membesarkan keluarga saya di kota kelahiran saya. Saya lihat tim lain, tapi saya tidak akan meninggalkan Miami kecuali untuk kembali ke Cleveland. Semakin waktu berjalan, semakin saya merasa pilihan saya tepat. Inilah yang membuat saya senang.

Untuk pindah tim, saya perlu dukungan dari istri saya dan ibunda saya, yang tentu ini akan sangat berat untuk mereka. Surat dari Dan Gilbert, sorakan pendukung Cleveland, pembakaran kostum saya -- semua itu berat untuk istri dan ibunda saya. Emosi saya semakin bercampur aduk. Mudah untuk mengatakan, 'OK, saya tidak ingin mempedulikannya.' Namun kemudian Anda berpikir tentang sisi lainnya.

Bagaimana jika saya adalah seorang bocah yang mengagumi seorang atlet, dan atlet itu ingin saya melakukan hal yang lebih baik dalam hidup saya, dan kemudian atlet tersebut pergi? Bagaimana saya akan bereaksi? Saya sudah bertemu Dan, empat mata, layaknya pria sejati. Kami bicara blak-blakan. Semua orang melakukan kesalahan. Saya pun melakukan kesalahan. Siapa saya untuk menaruh dendam?

Saya tidak menjanjikan sebuah gelar juara. Saya tahu seberapa sulit itu untuk digapai. Kami tidak siap sekarang. Tak ada cara. Tentu saja, saya ingin memenangkannya tahun depan, tapi saya realistis. Ini akan menjadi proses yang panjang, lebih panjang dari 2010. Kesabaran saya akan diuji. Saya tahu itu. Saya akan berhadapan dengan situasi bersama sebuah tim muda dan seorang pelatih baru. Saya akan menjadi yang dituakan. Tapi saya ingin membawa mereka bersama -sama ke sebuah posisi yang mereka tidak kira sebelumnya. Saya sekrang melihat diri saya sebagai seorang mentor, dan saya bersemangat untuk memimpin sekelompok pemuda yang bertalenta ini. Saya pikir saya siap membantu Kyrie Irving menjadi salah satu point guard terbaik di Liga Basket (NBA). Saya pikir saya dapat membantu meningkatkan kemampuan Tristan Thompson dan Dion Waiters. Dan saya tak sabar untuk reuni dengan Anderson Varejao, salah satu rekan tim favorit saya.

Namun ini bukan soal daftar nama pemain ataupun organisasi. Saya merasa basket memanggil saya ke sini. Saya memiliki tanggung jawab untuk memimpin, lebih dari satu cara, dan saya menyikapi ini secara serius. Kehadiran saya bisa membuat perbedaan di Miami, tapi saya pikir perubahan itu bisa lebih besar di tempat saya berasal ini. Saya ingin anak-anak di Ohio, seperti ratusan anak kelas tiga Akron yang saya sponsori melalui yayasan saya, sadar bahwa tak ada tempat lain yang lebih baik untuk berkembang selain di sini. Mungkin beberapa dari mereka akan pulang ke sini setelah selesai kuliah dan mulai membangun keluarga atau membuka sebuah bisinis. Itu yang akan membuat saya tersenyum. Komunitas kita perlu talenta yang bagus.

Di Ohio, tak ada sesuatu yang diberi. Semua diperoleh sendiri. Anda bekerja untuk apa yang Anda miliki.

Saya siap menerima tantangan. Saya pulang."

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER