Arby Rahmat
Arby Rahmat
Berbekal Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung, laki-laki bertinggi badan 192 sentimeter ini mulai terjun ke dunia jurnalis bersama CNNIndonesia.com sejak 2014.

Menanti LeBron James Menjadi Raja Diraja

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 08:08 WIB
Hanya ada satu pertanyaan besar yang menanti LeBron James seusai mengantarkan Cleveland Cavaliers juara. Mau apa dia selanjutnya?
LeBron James mengantarkan Cleveland Cavaliers menjadi juara NBA. (Buda Mendes/Getty Images)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Apalagi yang ingin LeBron James capai setelah menepati janji membawa cincin juara NBA pertama untuk Cleveland Cavaliers di tanah kelahirannya? Jika boleh menebak, maka ia pasti ingin jadi legenda!

Namun tentu bukan legenda biasa. Status itu telah tercapai ketika ia mengantarkan Cavs juara dengan mengalahkan salah satu tim NBA terbaik sepanjang masa. Status legenda juga sangat pantas disematkan ketika ia menjadi satu-satunya pebasket dalam sejarah yang mendominasi kategori angka, rebound, assist, dan steal tertinggi dari tujuh partai final NBA.

Mengoleksi tiga cincin juara juga bukan pencapaian sembarangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ya, James memang telah menjadi legenda yang patut disebut sebagai salah satu pebasket terbaik sepanjang masa.

Tapi James bukan tipe orang yang mudah dipuaskan, meski telah mengantongi serentetan prestasi yang sebenarnya sangat sukar digapai oleh pemain manapun.

James saat ini bisa menjadi legenda dari para legenda, atau terbaik dari para legenda. Jika ada pemain yang bisa melampaui status The Greatest of All Time, maka pemain itu adalah James

James terlahir dengan tekad yang luar biasa besar dan jiwa kepemimpinan tinggi. Dua elemen tersebut semakin menjadi-jadi semenjak mendapatkan predikat 'raja' yang hingga saat ini menempel pada dirinya.

Ia dinobatkan sebagai raja ketika bergabung dengan tim basket Sekolah Menengah Atas (SMA) di Saint Vincent-Saint Mary, Ohio. James tak malu-malu untuk menunjukkan bakatnya bermain basket dengan membawa tiga gelar juara berturut-turut untuk sekolahnya tersebut.

Catatan rata-rata 29,0 poin, 8,3 rebound, 5,7 assists dan 3,3 steal di usianya yang baru 17 tahun, membuat dirinya dijuluki 'King James'. Padahal, rekor tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan catatan rata-rata terbaik Kobe Bryant (31,1 poin, 10,4 rebound, dan 5,2 assist) dan Michael Jordan (29,2 poin, 11,6 rebound, dan 10,1 assist) di usia remaja.

Namun anehnya, Bryant dan Jordan tak pernah dijuluki King Bryant atau King Jordan. Hanya James yang mendapat gelar Raja sejak 70 tahun kompetisi NBA berdiri.

Dan memang, yang istimewa dari James dibandingkan pebasket lainnya adalah gelar 'Raja' basket itu sendiri. Bagi saya, ini membuktikan bahwa dirinya berbeda dari pebasket lain.

Gelar tersebut mungkin secara subyektif diberikan oleh sekelompok pengagum James tanpa dasar jelas, atau sensasi media belaka. Namun James tetap fokus dan semakin ambisius menunjukkan keperkasaannya dan jadi yang terbaik! Tidak menganggap predikat tersebut sebagai beban berat.

Lulus SMA, James kemudian menjadi pilihan pertama Cavs di draft NBA 2003 dan langsung mendapat penghargaan NBA Rookie of The Year pada tahun berikutnya. Dia menjadi pemain Cavs pertama yang mendapat penghargaan tersebut dan pemain ketiga dalam sejarah NBA yang berhasil mencatat rata-rata 20 poin, 5 rebound, dan 5 assist di tahun pertamanya.

Mimpinya kemudian berkembang untuk bisa menjuarai kompetisi NBA, dan tercapai! James juara NBA pada 2012 dan 2013 bersama Miami Heat, serta pada 2016 bersama Cavs.

Lantas setelah juara NBA, selanjutnya apa? Bagaimana caranya melampaui para legenda seperti Michael Jordan, Hakeem Abdul Olajuwon, atau Kareem Abdul-Jabbar?

Ya mudah saja, segala rekor dan catatan James harus jadi yang terbanyak dan terbaik!

Untuk itu, James yang kini berusia 31 tahun harus bertahan aktif di dunia basket lebih lama lagi. Setidaknya untuk sembilan tahun mendatang agar dapat mengalahkan rekor Bill Russel yang membawa 11 gelar juara untuk Boston Celtics.

Mengalahkan catatan poin Abdul-Jabbar sejumlah 38.387, yang terbanyak sepanjang masa dalam sejarah NBA. Sementara catatan poin James sepanjang kariernya adalah 26.833.

Mengalahkan catatan rekor tripple-double Oscar Robertson sebanyak 181 kali, dibandingkan James yang baru 42 kali sepanjang berada di NBA.

Memang beberapa catatan rekor tersebut tak bisa jadi tolok ukur seorang yang terbaik sepanjang masa. Seseorang dikatakan legenda bisa dilihat dari berbagai macam aspek. Selain kemampuannya di dalam lapangan, besarnya pengaruh dan perubahan yang orang tersebut berikan di luar lapangan pun dapat menjadikan orang itu menjadi seorang legenda.

Ambil contoh, di dunia olahraga, kita memiliki Muhammad Ali. Seorang legenda tinju sejati yang tak hanya hebat bertarung di dalam ring, tapi juga merupakan sosok pejuang kemanusiaan yang luar biasa.

Sosok legenda yang sempurna seperti Ali mungkin hanya satu dari sekian banyak atlet yang pernah ada di dunia. Di dunia basket, Michael Jordan barangkali masih menjadi sosok ikonik yang namanya akan terus dikenal sepanjang masa di berbagai generasi.

James tidak memiliki jurus andalan seperti Jordan dengan Air Walk-nya. Namanya mungkin tak akan pernah sampai sebesar Ali. Akan tetapi kenyataannya, gebrakan James di usia muda, kebrutalannya dan konsistensi penampilannya di lapangan membuatnya menjadi satu-satunya pebasket yang diberi gelar 'raja'.

Mengapa bukan King Jordan saja atau King Bryant, King O'Neal? Mengapa King James? Ini yang mesti James jawab dan buktikan kepada masayarakat pecinta basket di masa mendatang.

Saat ini, kemungkinan untuk menjadi yang terbaik dari para legenda bisa dikatakan kurang dari 50%, mengingat dalam tiga tahun terakhir ia didera serangkaian cedera, mulai dara pergelangan kaki, pangkal paha, patah hidung, lutut kiri, pergelangan tangan kanan, dan terakhir cedera punggung.

Karena bekas cederanya tersebut, ia mungkin tak bisa aktif dalam waktu yang lama seperti Nat Hickey -- pebasket era 1940-an dari tim Providence Streamrollers yang pensiun di usia 45 tahun 363 hari.

Akan tetapi, semuanya dapat terbaca di musim depan. Bila jumlah penampilannya di kompetisi berkurang dan ia didera cedera lagi, maka kemungkinan besar pada akhir karier James hanya bisa menjadi seorang legenda seperti legenda-legenda lainnya.

Dapatkah King James menjadi Raja Diraja di antara para legenda? Mari tunggu saja. (vws)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER