Jakarta, CNN Indonesia -- Juara balap sepeda asal Inggris Chris Froome mempertahankan jersey kuning di etape ke-12 Tour de France tahun ini, Kamis (14/7). Namun, jersey yang menandakan pemimpin balap sementara itu didapatkan Froome dengan kontroversial.
Pesepeda berusia 31 tahun itu menyelesaikan etape ke-12 dengan berlari mendaki trek tanjakan Mont Ventoux.
Insiden itu bermula ketika terjadi kecelakaan yang membuat sepeda Froome rusak setelah terlibat tabrakan beruntun dengan dua pebalap lain, sekitar 200 meter jelang finis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pebalap BMC Richie Porte, Chris Froome, serta pebalap Trek Segrafedo Bauke Mollema terlibat tabrakan beruntun akibat sepeda motor peliput untuk televisi berhenti mendadak karena terhambat kerumunan penonton jelang garis finis.
Akibat tabrakan tersebut, sepeda Froome rusak. Mobil yang membawa sepeda cadangan berada jauh di belakang serta terhambat kerumunan penonton.
AKhirnya Froome memutuskan menggeletakkan sepedanya dan berlari mendaki Mont Ventoux--tempat finis etape ke-12 Tour de France. Saat berlari tersebut Froome mencoba berkomunikasi lewat radio dengan timnya agar mengantar sepeda cadangan, namun kerumunan penonton menghambatnya.
Ia akhirnya mendapatkan sepeda tersebut ketika tinggal beberapa meter lagi mendekati garis finis.
Terkait insiden yang dialami Froome, juri balap mencoba memahaminya dan menetapkan waktu pebalap Inggris itu sama dengan dua pebalap lain dalam insiden tersebut.
Direktur Tour de France Christian Prudhomme menjelaskan, "Kami memberikan keputusan pengecualian karena situasi yang bisa dikecualikan, sebuah insiden yang mungkin tak akan pernah terjadi 100 tahun sekali itu."
Walau begitu, Prudhomme pun menegaskan pihaknya akan tetap melakukan investigasi dan evaluasi--termasuk alasan sepeda motor televisi bisa terhambat sehingga tabrakan terjadi.
"Kerumunan [penonton] ada di seluruh [badan jalan, dan sebuah sepeda motor tiba-tiba berhenti di depan kami dan kami tak mendapatkan ruang untuk menghindar. Menit berikutnya saya sudah berada di atas sepeda motor. Itu memalukan," kata Porte.
Porte pun berharap ada pembenahan dari panitia dan kesadaran penonton ketika menyaksikan balap sepeda. Para penonton, kata dia, tak perlu menyemangati dengan berdiri terlalu dekat dengan jalur para pebalap menggenjot sepedanya.
"Anda tidak perlu berlari di samping pesepeda, anda tak perlu memukul pesepeda, mendorong pesepeda. Hal-hal ini mesti berubah, dan saya tidak bisa percaya bahkan tak ada pembatas [untuk penonton] di sana," keluh Porte.
Pekan lalu, Froome pun terlibat insiden kontroversial. Ia memukul wajah seorang penonton karena terlalu dekat dengannya saat menggenjot sepeda dalam balap.
Froome sendiri terlihat kecewa dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika bisa melewati garis finis pada etape ke-12.
"Sangat sial apa yang terjadi beberapa kilometer terakhir," kata Froome, "Komisaris telah membuat keputusan tepat, saya pikir saya harus berterima kasih kepadanya.
Setelah itu, ketika berada di podium untuk mendapatkan jersey kuning, seperti dilansir dari France24, Froome mendapatkan suara cemoohan dari penonton.
Namun, jersey kuning itu dibela rival terdekat Froome, Adam Yates.
"Saya tak akan mau jersey [dalam kondisi] seperti ini. Saya senang dengna keputusan [Juru]. [Froome] adalah pemilik yang tepat jersey kuning di sini," kata pria yang kini tertinggal 47 detik dari Froome dalam keseluruhan ajang Tour de France 2016.
Pemenang di etape ke-12, Thomas De Gendt, pun berharap panitia segera bertindak serius mengenai batasan para penonton.
"Ada terlalu banyak orang di kilometer terakhir. Bahkan sulit tempat untuk [lewat] sebuah sepeda motor. Mereka [panitia] harus melakukan sesuatu," kata De Gendt.
(kid)