Jakarta, CNN Indonesia -- Kurang lebih dua bulan sudah sepak bola Indonesia kembali aktif pasca-dicabutnya SK pembekuan PSSI dan sanksi dari FIFA Mei 2016.
Saat ini cabang olahraga paling populer di Indonesia tersebut sedang mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam ajang Piala AFF 2016 yang rencananya akan digelar pada November mendatang.
Bagi mantan pelatih PSSI Primavera yang pernah menimba ilmu sepak bola di Italia era 1990-an, Danurwindo, sekarang sebenarnya tuntutan sepak bola Indonesia adalah menciptakan pemain untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk permulaan pasca-PSSI aktif kembali, mengikuti ajang Piala AFF 2016 dinilainya merupakan langkah yang tepat.
Namun untuk selanjutnya, sepak bola Indonesia perlu memikirkan cara untuk melahirkan bibit-bibit berkualitas usia muda.
"Karena pemain-pemain yang bagus tidak didapat begitu saja, semua harus dengan
development (pengembangan),
youth development (pengembangan usia muda). Itu kalau kita bicara pembinaan usia muda. Kita harus berhasil di pembinaan usia muda ke depannya," ucap Danur kepada wartawan di Kuningan, Jakarta, Selasa (26/7) sore.
"Tapi bukan hanya soal pembinaan usia muda. Siapa yang membina usia muda itu bisa jadi berkualitas? Harus ada pelatih. Jadi sebenarnya untuk bisa berhasil dan berprestasi -- menurut FIFA -- ada dua yang jadi ujung tombak:
youth development dan
coach education," kata pria berusia 65 tahun tersebut.
Pengembangan usia muda dan edukasi pelatih menurutnya adalah dua hal yang membuat latihan sepak bola menjadi berkualitas. Dengan demikian, ia melanjutkan, kemampuan pemain sepak bola dapat keluar secara optimal di dalam lapangan. Hal itu pula yang harus dilakukan PSSI mendatang.
"Federasi kan ujungnya berperan pada edukasi sepak bola. Federasi harus membuat pelatih-pelatih menjalankan kurikulum pelatihan yang dibuat federasi itu sendiri," ungkap Danur.
"Maka dari itu, kita mesti tahu dulu mau ke mana sepak bola Indonesia? Level kita di mana? Asia Tenggara? Asia? Lupakan level dunia, Asia saja dahulu. Berapa waktu yang dibutuhkan? Kita harus tahu cara main yang mau kita anut untuk sepak bola Indonesia yang paling cocok, untuk bisa bersaing di papan Asia," tutur mantan pelatih Persija dan Persebaya tersebut.
"Buatlah kurikulum untuk bisa sampai ke tingkat Asia. Dahulu sepak bola dari kaki ke otak, sekarang dari otak ke kaki. Itu yang dilakukan di negara maju," tuturnya, menambahkan.
Dalam daftar peringkat dunia FIFA pada 14 Juli kemarin, Indonesia berada di peringkat ke-191 dengan 65 poin. Ini merupakan peringkat terendah sepanjang sejarah sepak bola Indonesia. Peringkat tertinggi Indonesia adalah peringkat ke-76 pada September 1998 silam.
(bac)