Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah melatih timnas Indonesia, tak lantas membuat Jacksen Ferreira Tiago puas. Sebagai orang yang sudah banyak makan asam-garam di lapangan hijau, ia bahkan masih punya ambisi menangani tim nasional.
Mantan pelatih Penang FA ini bahkan menilai, melatih timnas merupakan pencapaian tertinggi di sepak bola.
"Kalau ada tawaran untuk menjadi pelatih timnas, pasti kami terima. Tinggal melihat momentum saja karena itu adalah panggilan jiwa. Seperti seorang dokter meski kesibukannya bekerja di rumah sakit, ia pasti tak menutup mata ketika melihat orang sakit di tengah jalan," tutur Jacksen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Jacksen memilih untuk melatih timnas usia muda jika kembali mendapatkan tawaran jadi pelatih timnas. "Bekerja dengan pemain yang memiliki semangat dan ambisi hidup itu jauh lebih baik," tuturnya.
"Kadang (pemain) senior itu punya kehidupan yang lebih makmur. Bagus juga sebenarnya, tapi saya memilih pemain muda karena saya orang yang sangat ambisius dalam bekerja."
Menurutnya, dengan bekerja bersama pemain usia muda, ia bisa mengeluarkan seluruh hasrat dan kemampuannya.
Khusus pengalamannya pernah menangani timnas Garuda, Jacksen bahkan secara gamblang menyebut dirinya belum menjadi pelatih timnas pada 2013. "Waktu itu hanya enam bulan saya melatih timnas. Saya cuma mengisi kekosongan pelatih timnas," tegasnya.
"Saat itu status saya masih pelatih Persipura, hanya pernah melatih timnas sebentar. Saya pelatih Persipura yang saat itu dipinjam PSSI untuk mengisi kevakuman."
Jacksen pun tahu betul perannya saat itu hanya sebentar dan akan pergi sesuai dengan kesepakatan awal antara klub dan PSSI. "Waktu itu ada kesepakatan dengan Pak Rudy Maswi (manajer Persipura) dan Pak Tommy Mano (Ketua Umum Persipura) dengan Pak Joko Driyono (mantan Sekjen PSSI) dan Pak La Nyalla Mattalitti (Ketua Umum PSSI) bahwa saya dipinjamkan ke timnas dan akan dikembalikan setelah pada masa waktu tertentu," imbuhnya.
"Saya rasa masih ada tugas yang harus saya penuhi demi memberikan kontribusi untuk sepak bola Indonesia."
Jacksen pun mengingat betapa bahagaianya ketika ia bisa mengorbitkan sejumlah pemain baru di timnas. "Ada pemain macam Fachruddin dan Andritany, saya berikan kepercayaan untuk main," tuturnya.
"Andritany saat itu masih diskors tapi tetap saya usahakan agar ia bisa main di timnas. Skuatnya memang masih biasa saja, tapi kami mampu menampilkan permainan yang cukup menarik."
Salah satunya, ia menyebut kepuasaannya saat timnas melakukan uji coba menghadapi timnas Belanda. "Meskipun saat itu kami bermai bertahan total karena melawan Belanda, tapi pertandingannya menarik," Jacksen mengungkapkan.
"Belanda baru bisa cetak gol pada menit ke-78 meskipun diperkuat pemain seperti Robin van Persie dan Arjen Robben saat itu."
Ia juga senang dengan laga uji coba timnya menghadapi Liverpool dan saat tampil menjamu Filipina di Solo. "Saya juga senang kami bisa nyaris menahan China di kandang mereka dan hanya kalah 0-1 pada menit terakhir (pada pra Piala Asia)," kenang Jacksen.
"Jujur, saya punya kesan yang banyak sekali di timnas. Itu pengalaman yang sangat berharga dan saya sangat bersyukur bisa dapat kesempatan itu."
(bac)