Jakarta, CNN Indonesia -- Dikelilingi lusinan penari Samba Brasil berpakaian minim di depan panggung, Usain Bolt menolak untuk terintimidasi atau kehilangan sorotan.
Pemegang rekor dunia 100 meter itu justru mengangkat tangannya ke udara dan mulai bergerak mengikuti irama Samba. Gesturnya itu membuat ratusan senang jurnalis dan fotografer yang mencari-cari kilau di Olimpiade Rio.
Kontras konferensi pers Bolt dengan atlet lainnya sangat terasa. Hal ini sekali lagi menunjukkan betapa hanya ada sedikit atlet yang bisa merebut perhatian dunia seperti halnya yang dilakukan Bolt.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketertarikan media pada atlet 29 tahun itu melonjak tajam di Rio De Janeiro. Lebih dari 530 anggota media mendaftarkan diri untuk mengikuti konferensi pers tim lari Jamaika yang digelar pada Senin, demikian menurut data yang dikeluarkan sponsor tim Jamaika, Puma.
"Atlet seperti Usain hanya lahir sekali dalam beberapa generasi. Anda tak mungkin berharap
jackpot setiap empat tahun sekali," kata manajer umum Puma, Carlos Laje, kepada
Reuters.Laje mengatakan bahwa Bolt memiliki kebiasaan untuk memproduksi "momen-momen mengesankan yang terjadi hanya sekali seumur hidup." Ia dibanding-bandingkan dengan pesepak bola asal Argentina, Diego Maradona, yang membuat para penggemar senang dengan penampilannya di Piala Dunia 1986 Meksiko.
"Anda harus bertepuk tangan lebih keras dari itu," kata Bolt kepada jurnalis ketika ia turun dari panggung. "Suaranya terlalu lemah."
 Lebih dari 500 wartawan datang ke konferensi pers Usain Bolt. (REUTERS/Nacho Doce) |
Pada akhirnya, konferensi pers tim Jamaika berubah fokus menjadi panggung untuk Bolt. Atlet-atlet lainnya yang datang ke sesi konferensi pers sering kali menerima pertanyaan tentang rasanya hidup, berlatih, dan mendapatkan inspirasi dari pelari jarak pendek terhebat sepanjang massa.
"Saya tak memiliki pertanyaan, saya hanya mengatakan 'saya cinta padamu,'" kata seorang wartawan asal Norwegia.
Para wartawan kemudian menyanyi untuk Bolt, melantunkan lagu dalam aksen Jamaika untuknya. Bolt meminta para wartawan mengulangi hal tersebut sehingga ia bisa merekamnya menggunakan telepon genggam.
Beberapa saat kemudian, seorang tokoh populer televisi Jepang, Teruhide Takahashi, mengucapkan terima kasih kepada Bolt atas hadiah yang ia terima sebelum konferensi pers dimulai: sepasang sepatu Puma yang pernah digunakan Bolt dan ditandatangani langsung oleh Bolt.
"Saya akan mengenang ini selamanya," kata Takahashi kepada
Reuters, merujuk kepada sepasang sepatu yang dua nomor terlalu besar untuknya.
Ketika wartawan dari seluruh dunia memperhatikan setiap kata-kata Bolt, dan nyaris 70 kamera merekam senyumnya yang merekah, sang pelari berbicara soal rencananya untuk pensiun. Rencana itu akan membuat Olimpiade 2020 kehilangan salah satu bintang besar.
Banyak yang berharap pertunjukan Bolt akan terus berlangsung.
Bahkan ketika sang atlet asal Jamaika berkata ia akan merindukan masa-masanya menghibur orang lain di Olimpiade, tapi bukan menghibur media, mereka tetap tertawa. Hati mereka telah dimenangkan oleh Bolt dari sejak dulu kala.
(vws)