Jakarta, CNN Indonesia -- Nama La Memo mulai dikenal masyarakat Indonesia setelah atlet dayung 21 tahun tersebut berhasil tampil di ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Kepastian itu diraih setelah Memo menembus babak final nomor
single sculls putra (M1X) Kejuaraan Dayung Asia-Oseania di Korea Selatan, April 2016.
Memo merupakan atlet dayung putra pertama Indonesia yang tampil di Olimpiade. Memo juga menjadi atlet dayung pertama Indonesia yang tampil di Olimpiade sejak Athena 2004 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sana, Indonesia hanya diwakil satu atlet dayung, Pere Koroba. Setelah itu, tidak pernah ada lagi ada atlet dayung di Olimpiade sampai akhirnya Memo dan Dewi Yulianti lolos kualifikasi Olimpiade tahun ini.
La Memo tak menyia-nyiakan kesempatan tampil di Olimpiade ini dengan unjuk gigi: lolos ke babak perempat final setelah mendapatkan urutan ketiga di sesi kualifikasi (
heat).
Kehadiran Memo sesungguhnya merupakan angin segar bagi cabang olahraga (cabor) dayung yang prestasinya sedang menurun di ajang SEA Games.
"Sehabis SEA Games 2011, PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia) melihat adanya penurunan prestasi dari 2005. Tradisi cabor selama SEA Games belum pernah pulang tanpa membawa emas, hanya saja jumlahnya cenderung menurun," kata Wakil Ketua Umum PB PODSI, Budiman Setiawan, saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Senin (8/8).
"SEA Games 2001 masih dapat 5 emas, SEA Games 2005 tiga emas, dan menurun lagi pada 2007 hanya dapat dua emas," katanya menambahkan.
Pada SEA Games 2009, Laos tidak mengikutsertakan cabor dayung di Vientiane. Absennya cabor dayung pun dimanfaatkan Indonesia untuk berbenah diri.
Tak sia-sia, perolehan medali Indonesia sedikit meningkat dari 2007 di SEA Games 2011. Indonesia yang menjadi tuan rumah berhasil mendapat tiga medali emas, satu perak, dan satu perunggu. Namun pencapaian tersebut nyatanya belum cukup memastikan cabor dayung memiliki regenerasi atlet yang baik.
"Mulai saat itu kami bertekad untuk berusaha mengadakan talent scouting ke daerah-daerah seperti Ambon, Sulawesi Selatan, dan tempat-tempat lain," ucap Budiman.
Budiman kemudian menemukan Memo yang berasal dari Pulau Osi, sebuah pulau kecil yang terletak dekat Pulau Seram. "Memo dibawa mantan atlet dayung Indonesia, almarhum Thomas Kunuela," ujarnya.
Memo yang saat itu masih 16 tahun kemudian dibawa ke Ambon untuk diperkenalkan kepada pelatih dayung Indonesia asal Belanda, Boudewin Van Opstal. Opstal lalu tertarik dengan postur badan Memo yang menurutnya berpotensi menjadi seorang atlet dayung.
Memo yang baru kenal olahraga dayung kemudian dilatih secara intensif mulai dari teknik dasar. Setelah dianggap cukup mahir, Memo kemudian mengikuti serangkaian tes uji coba.
"Puncaknya adalah pada 2013, dia berhasil mendapat medali perunggu di SEA Games Myanmar. Pengalamannya tersebut membuat Memo semakin mahir menghadapi ombak," ujar Budiman.
"Dia kemudian mengikuti ajang Asian Games 2014 dan selesai di peringkat ke-14. SEA Games 2015 dapat dua emas. Setelah itu, Memo tidak terbendung lagi."
(har)