Perempuan 'Besi' di Balik Dua Emas Olimpiade Thailand

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 09 Agu 2016 15:14 WIB
Setelah gagal di Olimpiade 2012, Thailand telah merebut dua emas pada empat hari penyelenggaraan. Ada sosok perempuan penting di balik prestasi itu.
Atlet Thailand, Sopita Tanasa, mendapatkan emas dari angkat besi nomor 48KG. (REUTERS/Stoyan Nenov)
Jakarta, CNN Indonesia -- Atlet-atlet angkat besi putri Thailand telah mendapatkan dua emas dan satu perak dari tiga nomor yang mereka ikuti. Thailand juga memiliki kesempatan mendapatkan medali lainnya pada Selasa (9/8), ketika anggota keempat tim lifter putri mereka akan berkompetisi di nomor 63KG.

Tentu saja mereka terbantu karena atlet-atlet negara lain yang telah terbukti positif doping dilarang bertanding, tapi faktor sebenarnya di balik kesuksesan itu adalah seorang seorang wanita yang memperlakukan lifter-lifter Thailand seperti anaknya sendiri.

Ia menegosiasikan kontrak sponsor dengan nilai tinggi untuk mendanai pusat pelatihan tim nasional, dan juga membuat para atlet bisa berlatih secara berkesinambungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Sopita Tanasa, atlet putri 21 tahun, merebut emas dari nomor 48KG, Thailand mendapatkan emas kedua dan tambahan satu perak dari nomor 58KG. Sukanya Srisurat, 21, menang atas Pimrisi Sirikaew, sementara atlet Taiwan Kuo Hsing-Chun merebut perungu.

Kedua peraih medali emas menyatakan bahwa sosok di balik kesuksesan mereka adalah Boossaba Yodbangtoey, presiden dari Asosiasi Angkat Besi Amatir Thailand (TAWA). Suaminya, Intarat Yodbangtoey, adalah wakil presiden Komite Olimpiade Thailand dan juga wakil presiden Federasi Angkat Besi Internasional.

Srisurat pernah terbukti positif tes doping ketika mengikuti kejuaraan usia muda, hanya sesaat setelah ia genap berusia 16 tahun. Ia kemudian mendapatkan sanksi larangan bertanding dua tahun.

Ketika ditanyai soal doping tersebut, Srisurat mengatakan bahwa ia tidak mengambil keputusan itu sendiri. Ia juga menyatakan dirinya terlalu muda untuk mengetahui apa yang ia konsumsi.

Ia menyatakan dirinya kembali ke angkat besi sebagai atlet yang bersih "karena tidak pernah menyerah."

Bossaba mengatakan: "Saya tak memiliki anak, sehingga para perempuan ini seperti anak saya sendiri. Saya tak melakukan sesuatu pun yang akan melukai mereka. Sebelum datang ke Rio mereka telah diuji berkali-kali."

Pelanggaran doping Srisurat disebabkan oleh klubnya dan bukan asosiasi nasional, kata Boossaba. Srisurat adalah satu dari tujuh remaja Thailand yang terbukti positif pada 2011. Sejak saat itu tak ada lagi lifter Thailand yang terbukti positif.

Sepanjang sejarah Olimpiade, Thailand telah memenangi lima medali emas angkat besi, semuanya direbut oleh perempuan. Mereka mengirimkan lima lifter putra ke Rio De Janeiro, tapi tak ada yang diharapkan untuk membawa pulang emas.

Ketika Boossaba ditanyai alasan adanya perbedaan demikian jauh antara lifter putra dan putri, ia mengatakan: "Karena para atlet lelaki seperti remaja, sukar dikendalikan. Mereka ingin pergi bermain-bermain dan kami harus meminta petugas keamanan untuk mengawasi mereka di pusat pelatihan... Para perempuan ini kebanyakan berasal dari keluarga miskin, dan mereka semua bekerja keras."

TAWA disokong oleh perusahaan listrik nasional dengan dana sponsor senilai US$500 ribu, atau setara Rp6,5 miliar, setiap tahunnya.

"Kami tak mendapatkan dukungan pemerintah," kata Boossaba." Perusahaan listrik adalah sponsor utama kami dan kami mendapatkan dukungan lainnya dari sektor swasta."

Pemerintah Thailand memang memberikan hadiah besar pada pemenang medali, dan Srisurat akan mendapatkan 12 juta Baht, atau setara Rp4,5 miliar.

"Ia akan menjadi kaya!" kata Boossaba.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER