Jakarta, CNN Indonesia -- Dengan final ganda campuran bulutangkis Olimpiade 2016 Rio, Rabu (17/8), mempertemukan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melawan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dari Malaysia, maka dipastikan medali emas nomor ganda campuran akan memiliki tuan baru.
Sejak nomor ganda campuran dipertandingkan di Olimpiade 1996 Atlanta, medali emas selalu jatuh ke tangan pasangan China atau Korea Selatan. China menjadi peraih medali emas terbanyak sebanyak tiga kali, dan Korsel dua kali.
Pasangan China Gao Ling/Zhang Jun menjadi yang tersukses dengan merebut medali emas ganda campuran dua kali. Gao/Zhang juga menjadi satu-satunya pasangan yang mampu meraih medali emas ganda campuran dua kali beruntun 2000 Sidney dan Athena 2004.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat tahun lalu medali emas juga direbut ganda campuran China Zhang Nan/Zhao Yunlei, yang dikalahkan Owi/Butet di babak semifinal. Sementara dua pasangan Korsel yang mampu meraih medali emas adalah Gil Young-ah/Kim Dong-moon (1996) dan Lee Hyo-jung/Lee Yong-dae (2008).
Indonesia sendiri pernah dua kali tampil di final ganda campuran Olimpiade, namun selalu berakhir menjadi runner-up. Pada final Olimpiade 2000, Tri Kusharjanto/Minarti Timur dikalahkan Gao/Zhang.
Sementara pada final ganda campuran Olimpiade 2008 Beijing, Liliyana yang masih berpasangan dengan Nova Widianto, tumbang di tangan Lee Hyo-jung/Lee Yong-dae.
Malaysia sendiri belum pernah merasakan final atau bahkan semifinal nomor ganda campuran di Olimpiade. Chan Peng Soon/Goh Liu Ying menciptakan sejarah sebagai ganda campuran pertama asal Malaysia yang mampu melakukannya.
Ini juga menjadi pertemuan kedua antara Indonesia melawan Malaysia di final Olimpiade. Sebelumnya ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky pernah merebut emas ketika mengalahkan ganda Malaysia Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock di final Olimpiade 1996 di Atalanta.
(har)