Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagaimana lazimnya beberapa musim ke belakang, detik-detik penutupan pasar pemain musim panas 2016 diisi suara kesibukan dan ketergesa-gesaan. Oleh para pemain yang dengan cemas menanti keputusan manajer. Oleh para agen yang coba mengais komisi dan keuntungan dari kisruh pembelian.
Nun jauh di Indonesia pun sama. Para penggemar kesebelasan yang berkantung tebal, tak jarang duduk manis di depan komputer, memantau lini masa pergerakan pemain, dan berharap adanya kegilaan di menit-menit terakhir.
Apalagi drama hari terakhir jarang sekali tampil mengecewakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya saja musim lalu. Para pendukung Real Madrid dan Manchester United dibuat cemas soal kabar kepindahan David De Gea. Kedua pihak bersepakat di jam terakhir, tapi kemudian transfer sang kiper asal Spanyol digagalkan keterlambatan Madrid mendaftarkan De Gea pada otoritas sepak bola Spanyol.
Narasi ini cukup untuk membuat lini masa Twitter memanas oleh aksi saling cemooh kedua pendukung klub.
Musim ini hampir saja serupa. Hanya beberapa jam berselang sebelum bursa ditutup, Chelsea membuat heboh dengan mendatangkan kembali David Luiz dengan nilai transfer 38 juta pound sterling. Padahal, dua musim lalu Luiz hengkang dari Chelsea dengan status sebagai pemain belakang termahal sepanjang masa.
Namun jika ditelisik benar-benar, Chelsea sebenarnya pengecualian. Mereka menjadi satu-satunya kesebelasan yang tersandera kebutuhan mendapatkan pemain andal di hari terakhir.
Kesebelasan-kesebelasan lainnya telah dari jauh-jauh hari merampungkan transfer tanpa melakukan pembelian panik.
Misalnya saja duo Manchester. Sejak awal Juli, kedua kesebelasan ini dengan cepat mengumumkan rekrutan-rekrutan anyar mereka nyaris tanpa drama. Pemain-pemain bintang seperti Ilkay Guendogan, Manuel Nolito, Zlatan Ibrahimovic, atau Henrikh Mkhirtaryan datang ke Liga Inggris sebelum kalender berpindah ke bulan Agustus.
Kalaupun saga Paul Pogba dari Juventus ke Manchester United sempat berlarut-larut, hal itu lebih dikarenakan kedua klub tak bisa menemukan kata sepakat soal pembayaran biaya agen.
Namun niatan MU sejak awal sudah jelas, menjadikan Pogba jenderal lini tengah mereka, berapapun uang yang harus dikeluarkan. Seandainya transfer Pogba gagal, toh saat itu MU juga tidak terdesak waktu untuk mencari pemain alternatif.
Pada dasarnya, penyebab utama kehebohan hari terakhir bursa transfer memang disebabkan klub yang tersandera waktu.
Misalnya saja di hari terakhir bursa musim dingin 2011 ketika Fernando Torres pindah dari Liverpool ke Chelsea dengan nilai 50 juta pound sterling. Di saat bersamaan Andy Carroll bergerak dari Newcastle ke Liverpool dengan banderol 35 juta pound sterling.
Kala itu Liverpool memberikan syarat yang jelas agar Chelsea bisa membeli Torres: mendatangkan Carroll plus uang 15 juta pound sterling.
Artinya, ketika Newcastle memasangkan nilai 35 juta pound sterling untuk Carroll, pemain yang notabene baru berpengalaman satu musim di Liga Primer Inggris, Chelsea tak punya ruang manuver apa-apa. Nilai tersebut mau tak mau harus ditebus karena mereka hanya punya waktu hitungan jam untuk berkalkulasi mencari alternatif serta melakukan negosiasi.
Dalam konteks itu, opsi paling memungkinkan memang menebus Torres dengan harga mahal ketimbang keluar dari bursa transfer dengan tangan hampa.
Dan dalam hal inilah kesebelasan-kesebelasan Inggris tampaknya telah mengubah diri.
Di hari terakhir musim ini, daftar pemain yang melibatkan klub-klub besar Liga Inggris mencakup Jack Wilshere, Juan Cuadrado, Luis Alberto, Philippe Sanderos, Eliaquim Mangala, Joe Hart, Wilfried Bony, Samir Nasri, Baba Rahman, Loic Remy, Mario Balotelli, Marcos Alonso, dan David Luiz.
Dari nama-nama tersebut, hanya dua yang merupakan pembelian, yaitu Alonso dan Luiz yang dibeli Chelsea -- tim yang memang punya masalah kronis di lini pertahanan.
Sementara sisanya adalah para pemain yang sedang mencari-cari klub agar tetap memiliki waktu bermain rutin. Mereka adalah para pemain yang telah sadar benar bahwa tetap tinggal berarti mereka akan sekadar menjadi penghangat bangku cadangan, setidaknya sampai bursa musim dingin dibuka pada Januari nanti.
Mereka bukan pemain yang akan dirindukan oleh sang manajer baru.
Ketimbang berburu pemain di hari terakhir, berbagai kesebelasan Inggris memang lebih disibukkan oleh aksi ‘membuang’ anggota skuat yang tidak dibutuhkan. Memangkas anggaran agar beban gaji tidak terlampau menggelembung.
Meski persoalan inflasi harga pemain membutuhkan satu analisis tersendiri, setidaknya jika dilihat dari satu aspek saja klub-klub Inggris musim ini bergerak menjadi lebih rasional. Tak lagi mau menjadikan diri mereka sekadar larut dalam kehebohan transfer tanpa menyelesaikan permasalahan di dalam skuat.
Klub-klub Inggris kini telah meniru kesebelasan yang berada di Jerman yang lebih memprioritaskan membeli pemain di masa awal transfer dan kemudian menjalani pramusim yang bagus untuk mengintegrasikan para pemain baru ke dalam tim.
Hari terakhir bursa transfer Liga Inggris 2016 memang milik para pemain yang terbuang. Bagi yang menyenangi drama, tentu hal ini terasa membosankan. Namun bagi-bagi kesebelasan-kesebelasan Inggris, ini adalah jalan yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan.
(dlp)