Chocolatito, Petinju Nikaragua Pertama Merajai Empat Divisi

Jakarta, CNN Indonesia -- Roman 'Chocolatito' Gonzalez memperpanjang rekor tak terkalahkannya dengan memenangi gelar super terbang dari Konsul Tinju Dunia (WBC). Ia menang angka mutlak setelah menjalani pertarungan 12 ronde melawan Carlos Cuadras, Sabtu (10/9) malam.

Petarung 29 tahun itu juga menjadi petinju Nikaragua pertama dalam sejarah yang sukses memenangi gelar juara dunia dari empat divisi, mengalahkan idola dan mentornya, Alexis Arguello.

Gonzales yang 'bersaing' dengan Gennady Golovkin dalam memperebutkan status petinju pound-per-pound terbaik, kini mengoleksi 46 kemenangan dalam karier profesionalnya -- terpaut tiga kemenangan dari rekor Floyd Mayweather Jr. 

Ia juga pemegang gelar juara dunia kelas terbang (50 kg), kelas terbang ringan (48,5 kg), dan kelas minimum (47,5 KG)

"Ini adalah pertarungan tersukar yang saya jalani," kata Gonzalez yang harus naik satu kelas berat badan untuk menantang Cuadras, seperti dikutip dari AFP. "Ini sangat rumit dan kami berdua dalam kondisi yang bagus."

Cuadras, petinju Meksiko yang sebelumnya juga berstatuskan tidak terkalahkan, terbukti menjadi lawan yang tangguh bagi Gonzalez. Hingga bel ronde terakhir berbunyi, ia tetap tampak segar dan juga terus mendaratkan pukulan pada Gonzalez.

Tapi ketiga juri menyatakan bahwa Gonzales menang mutlak dengan angka 117-111, 116-112 dan 115-113.   

"Sebelumnya saya tak pernah bertarung di kelompok berat badan ini, tapi yang paling penting adalah kami memenangi pertarungan ini," kata Gonzalez.

Cuadras sebelumnya pernah mempertahankan gelar juara dunianya tujuh kali. Kini rekor pertarungan profesionalnya menjadi 35 menang, satu kali imbang, satu kali kalah.

Gonzalez menang berkat strategi memulai pertarungan dengan agresif dan tampil dominan. Ia berulang kali menyudutkan Cuadras dan menunjukkan variasi pukulanya.

Namun Cuadras terbukti jadi musuh yang sangat menyulitkan dan menjadi ujian terberat Gonzales dalam karier yang telah terentang 11 tahun.

Wajah Gonzalez, terutama matanya yang bengkak, menjadi tanda bahwa ia menjalani pertarungan yang sangat berat. Gonzales juga mengakui Cuadras mampu melukainya dengan beberapa pukulan yang mendarat di kepala.

"Saya menerima beberapa pukulan pada pipi saya, dan saya merasakan sakitnya," kata Gonzalez. "Saya selalu memikirkan keluarga dan anak-anak saya."

Hingga Sabtu, belum pernah ada petinju Nikaragua yang memenangi gelar juara dunia dalam empat kelas berat badan, termasuk Arguello yang dianggap petinju legendaris.

Setelah kariernya berakhir, Arguello mendidik Gonzalez. Hingga kematiannya pada 2009 silam, Arguello adalah pelatih yang membesarkan nama Gonzalez baik sebagai petinju amatir maupun profesional.

"Saya tak akan pernah melampauinya, atau berada di atasnya. Dia akan selalu menjadi nomor satu. Dia adalah guru, dan saya putranya. Saya hanya mengikuti jejaknya," kata Gonzalez soal mentornya itu.

Kemenangan ini juga membuat Gonzalez semakin mendekati pencapaian Manny Pacquio sebagai petinju yang menjadi juara dunia pada delapan divisi -- rekor yang belum terpatahkan.

Namun melihat betapa Gonzales kesulitan menghadapi petinju dengan berat badan yang lebih besar darinya, anggota tim Gonzalez akan berandai-andai jika melompat ke kelas yang lebih berat akan terlalu sukar baginya.

Gonzalez sendiri telah disebut-sebut akan segera menghadapi Naoya Inouye, petinju Jepang yang belum terkalahkan di kelas bantam junior (53,5 KG) dan dijuluki "The Monster" karena kekuatan pukulannya.

"Saya siap untuk menghadapi siapapun, tapi saya butuh waktu istirahat," kata Gonzalez. "Namun saya akan menghadapi siapapun."

(vws)