Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Cagliari Tommaso Giulini mengaku kecewa dengan kepemilikan klub-klub Serie A oleh warga negara luar Italia.
Pernyataan itu diungkap Giulini menyusul berubahnya kepemilikan dua klub raksasa Italia, Internazionale Milan dan AC Milan menjadi milik pengusaha-pengusaha China.
"Itu menyedihkan bagi saya karena saya melihat hanya sekedar bisnis, dan sangat sedikit hasrat [pada sepak bola]," kata Giullini kepada
La Gazzetta dello Sport seperti dikutip dari
Football-Italia, Kamis (6/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim panas lalu kepemilikan Internazionale Milan yang semula dikuasai pengusaha Indonesia, Erick Thohir, menjadi milik pengusaha China, Grup, pertengahan tahun ini. Sementara saat ini Milan pun dalam proses berpindah kepemilikan jadi milik konsorsium asal China, Haixa Capital.
"Jika [Massimo] Moratti kembali menjadi presiden [Inter Milan], saya akan sangat bahagia," sambung Giullini.
Presiden AC Milan Silvio Berlusconi pada pertengahan Agustus lalu mengatakan dirinya memutuskan menjual klub itu karena menilai itulah satu-satunya cara agar Rossoneri bangkit kembali.
"Tiga puluh tahun lalu, saya membeli AC Milan karena cinta. Saya sekarang menjualnya sebagai bentuk rasa cinta yang lebih besar lagi," kata Berlusconi kala itu lewat pernyataan resminya.
Berlusconi yang seorang penduduk asli kota Milan, membeli kesebelasan itu pada Februari 1986 melalui perusahaan media miliknya, Finnivest. Pada awal Agustus, Berlusconi secara resmi menjual 99,93 persen sahamnya pada konsorsium asal China, Haixa Capital, dengan €700 juta (termasuk utang-utang yang ditanggung).
Namun, proses perpindahan kepemilikan belum rampung sepenuhnya. Haixa Capital baru resmi mengambil alih kepemimpinan pada November nanti.
(bac)