Jakarta, CNN Indonesia -- Alfred Riedl tentu bukan sosok yang asing lagi bagi sepak bola Indonesia. Untuk kali ketiganya, pelatih asal Austria itu kembali menukangi timnas Indonesia untuk berlaga di Piala AFF November dan Desember 2016.
Riedl pun tentu cukup familier dengan karakteristik sepak bola Tanah Air. Termasuk pula talenta-talenta para pemain Indonesia, pelatih berusia 66 tahun itu tentu sudah memahaminya.
Sebagai seorang juru taktik, mantan pelatih Vietnam itu juga tentu memiliki filosofi permainan yang terus dipupuk di skuat Garuda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Riedl mengaku tak memiliki ciri khas menerapkan gaya permainan dalam menangani sebuah tim. Hal yang paling ditekankan Riedl adalah mentalitas para pemainnya di lapangan.
"Para pemain harus memiliki kepribadian yang bagus di dalam dan luar lapangan. Punya semangat tinggi, disiplin, dan tak pernah mau menyerah," tutur Riedl saat dijumpai
CNNIndonesia.com di Hotel Novotel, Bogor, Senin (17/10).
"Mentalitas menjadi pemenang yang paling utama sehingga penampilan tim di lapangan juga bakal bagus."
Saat disinggung soal seleranya dalam mengulik strategi tim, Riedl menyebut skema permainan bukan satu-satunya yang terpenting. Baginya, semua tergantung situasi ketika 11 pemain telah beraksi di lapangan.
"Bukan skema permainannya harus seperti apa. Tapi keputusan untuk mengatur berapa jumlah pemain di depan ketika menyerang, dan jumlah pemain ketika kehilangan bola," ungkap Riedl.
Meski demikian, Riedl tetap tidak memungkiri tetap ada skema ideal baginya ketika menangani sebuah tim, tergantung komposisi tim. Dalam hal ini di timnas Indonesia, ia tentu sudah memiliki skema andalan.
Dalam kesempatan itu, ia mengoreksi bahwa selama ini bukan skema 4-4-2 yang diterapkannya.
"Saya menerapkan pola cukup fleksibel. Lebih tepatnya 4-4-1-1," jelas Riedl.
Dengan skema tersebut, ia bisa mengakomodasi tipe permainan yang memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi lini depan.
Seperti dalam dua laga uji coba, peran tersebut tampak dibebankan kepada sosok Irfan Bachdim.
"Posisi Irfan yang di belakang Boaz Solossa. Tapi pilihannya fleksibel. Irfan sewaktu-waktu bisa berada di posisi terdepan jika Boaz tidak dalam posisi terbaik," tutur Riedl.
Seperti yang ia katakan sebelumnya, penerapan skema 4-4-1 bukan berarti ia hanya memaksimalkan hanya dua pemain dalam menggedor lini depan. Ketika dalam posisi menyerang, corak itu bisa berubah menjadi 4-3-3 seperri saat menghadapi Malaysia dan Vietnam. Bahkan, bisa pula menjadi 4-2-3-1 dengan mendorong dua
winger timnas ke depan.
Dua pemain sayapnya, Andik Vermansah maupun Zulham Zamrun, bisa bergantian melakukan serangan membantu Boaz dan Irfan di lini depan. Tampaknya permainan luwes seperti ini pula yang dimaksud Riedl dalam menangani tim.
Riedl memang cukup pragmatis dalam menerapkan strategi permainan. Meski demikian, tetap ada ciri permainan tertentu yang cukup menonjol ketika ia menangani timnas.
Corak permainan cepat dan permainan sepak bola positif yang mengarah langsung ke depan.
Riedl pun tak menampik memiliki kriteria tertentu dalam memilih pemain sesuai kebutuhan tim.
"Para pemain harus memiliki kecepatan tinggi dan kekuatan prima di lapangan," ungkap Riedl.
(vws)