Jakarta, CNN Indonesia -- Selasa pagi, 29 November, suasana pelatnas Cipayung masih lengang. Sekitar 30 menit lewat pukul tujuh, sebuah mobil berwarna putih tiba di pelataran parkir depan asrama putra. Kaca mobil dibuka dan tampaklah wajah familiar yang sudah sering mengharumkan Indonesia dalam satu dekade terakhir, Hendra Setiawan.
Tiba di Pelatnas Cipayung, Hendra kemudian sarapan. Hanya sekitar 10 menit waktu yang dihabiskan Hendra untuk sarapan sebelum akhirnya langkah kakinya mantap menuju gedung latihan.
Saat itu, pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, mengabarkan bahwa dirinya agak terlambat datang sehingga Hendra sebagai pemain paling senior bertindak menjadi pemimpin latihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendra yang pendiam itu lalu memberikan instruksi pada para juniornya yang berjumlah sekitar 10 orang. Setelah 30 menit para pemain ganda putra melakukan pemanasan, Herry IP kemudian datang ke lapangan.
Herry IP kemudian meminta para pemain berkumpul. Briefing sebelum latihan yang dilakukan Herry IP ternyata merupakan briefing yang spesial. Bukan sekadar briefing tentang latihan, Herry IP secara resmi memberitahukan bahwa Hendra bakal segera melepas statusnya sebagai pemain tim nasional.
"Saya memahami keputusan Hendra. Sebagai pemain, Hendra adalah pemain yang sudah lulus karena sudah jadi juara dunia, juara Olimpiade, juara All England, juara Asian Games, dan banyak juara super series lainnya."
"Jadi kalian jangan terlalu bangga bila baru jadi juara super series. Hal itu memang bagus, namun belum 'wah'. Kalian harus bisa tiru komitmen dan kerja keras Hendra," ucap Herry di depan para pemain ganda putra.
Setelah itu Hendra pun mendapatkan kesempatan untuk memberikan kata-kata. Suara Hendra tak sekeras Herry IP dan sayup-sayup terdengar dari mulut Hendra terucap kalimat: "Saya harap kalian lebih bersemangat dan berprestasi di tahun depan."
Pagi yang cukup mengharukan itu ternyata tak lantas jadi awalan sebuah hari yang muram. Setelah momen tersebut, Hendra bersikap biasa seolah waktunya di Cipayung masih lama.
Hendra masih bersemangat meladeni sejumlah tantangan bermain melawan para pemain muda. Setelah selesai sesi latihan, Hendra bahkan masih menyisakan waktu untuk menaiki sepeda statis lantaran mengaku kadar lemak dalam tubuhnya sudah berlebih.
Betapa Hendra tak mendramatisir hari-hari terakhirnya di pelatnas Cipayung juga terlihat pada keesokan harinya, Rabu, 30 November. Hendra datang tepat waktu dan segera memulai pemanasan.
Lantaran sesi ganda putra belum dimulai, Hendra kemudian menyebrang ke lapangan sebelah tempat ganda campuran berlatih. Di sana ada Ronald Alexander dan Debby Susanto yang tengah berlatih. Juga ada Greysia Polii, pemain ganda putri yang juga tengah 'berkunjung' ke lapangan latihan ganda campuran.
Duel Hendra/Greysia lawan Ronald/Debby pun kemudian terjadi. Saat nomor ganda putra memulai latihan mereka, Hendra meminta izin untuk menyelesaikan duel ganda campuran terlebih dulu. Meskipun tak terbiasa turun di nomor ganda campuran, namun duet Hendra/Greysia mampu mengimbangi permainan Ronald/Debby.
Selepas menyelesaikan pertandingan ganda campuran, Hendra sempat duduk di kursi dan kemudian berbincang singkat dengan pelatih ganda putri, Eng Hian, yang juga sedang berada di sana.
Setelah itu, Hendra kemudian kembali menjalankan perannya sebagai pemain ganda putra dengan mengikuti satu per satu sesi latihan yang diberikan oleh Herry IP. Pada Rabu pekan kemarin, duet Hendra dalam empat tahun terakhir, Mohammad Ahsan, juga sudah mulai kembali berlatih setelah pulang dari Hong Kong Super Series.
Sepanjang sesi latihan berlangsung, tak banyak interaksi yang dilakukan Hendra dan Ahsan. Keduanya bahkan tak sempat berada pada tim yang sama saat undian dilakukan.
Keduanya baru berbincang-bincang akrab ketika sesi latihan usai. Setelah menghabiskan waktu selama 10 menit dengan Ahsan, Hendra akhirnya pamit pulang.
Tak banyak drama yang ada di hari terakhir Hendra di pelatnas. Hendra hanya melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih seperti halnya ia menyudahi latihan di hari-hari biasa.
Hendra sepertinya tak ingin perpisahan yang penuh tangisan. Hendra hanya menunjukkan bahwa jadi atlet adalah tentang perwujudan komitmen atas kerja keras dan tanggung jawab, bahkan di hari-hari terakhirnya sebagai pemain tim nasional.
(ptr)