Jakarta, CNN Indonesia -- Pro-kontra terjadi setelah FIFA memutuskan untuk menambah jumlah peserta Piala Dunia dari 32 menjadi 48 mulai 2026. Apakah ini keputusan politis Gianni Infantino atau murni memberi kesempatan kepada negara-negara yang kesulitan tampil di putaran final Piala Dunia?
Dalam rapat dewan FIFA yang berlangsung di Zurich, Swiss, Selasa (10/1), otoritas tertinggi di dunia sepak bola secara bulat mengambil keputusan menambah jumlah peserta Piala Dunia mulai 2026 menjadi 48 pertandingan.
Sebelum keputusan tersebut diambil, desakan dan permintaan untuk menambah jumlah peserta Piala Dunia sudah didapat FIFA. Permintaan teranyar datang dari legenda Barcelona, Samuel Eto'o, yang meminta langsung kepada Infantino.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menambah jumlah peserta Piala Dunia memang akan memberikan kesempatan kepada negara-negara yang sebelumnya tidak pernah tampil di putaran final. Terlebih, Asia dan Afrika menjadi dua federasi yang mendapatkan jatah penambahan tim paling banyak (masing-masing empat).
Selama ini negara-negara dari Asia dan Afrika dianggap minim kesempatan tampil di Piala Dunia, meski memiliki potensi dan kontribusi luar biasa. FIFA sebelumnya hanya memberi jatah 4,5 (empat lolos otomatis+satu playoff) untuk Asia dan 5 untuk Afrika.
Keputusan menambah jumlah peserta Piala Dunia yang dilakukan FIFA pimpinan Infantino memang populis. Namun, keputusan tersebut bisa menurunkan standar Piala Dunia, yang dianggap sebagai turnamen internasional terbesar di dunia.
Ambil contoh Oseania. FIFA dikabarkan akan memberi Federasi Sepak Bola Oseania (OFC) satu jatah tiket lolos otomatis, dari sebelumnya hanya 0,5. Sebelumnya tim terbaik di kualifikasi Piala Dunia zona OFC harus menjalani playoff melawan tim peringkat lima zona Conmebol (Amerika Selatan).
Peluangnya pun sangat tipis bagi tim-tim dari OFC untuk lolos. Kualifikasi Piala Dunia 2018 contohnya. Jika kualifikasi sudah berakhir saat ini, tim terbaik dari OFC harus menghadapi Argentina yang saat ini menduduki peringkat lima zona Conmebol.
Timnas Selandia Baru merupakan tim terbaik di kawasan OFC saat ini menyusul kepergian Australia ke zona AFC. Sedangkan tim terbaik selanjutnya adalah Tahiti yang berada di peringkat 148 dunia, New Caledonia peringkat 168 dunia, dan Papua Nugini peringkat 170 dunia.
Jadi Anda bisa bayangkan tim seperti Tahiti, New Caledonia, atau Papua Nugini tampil di putaran final Piala Dunia. Di atas kertas mereka hanya akan menjadi lumbung gol tim-tim dari Eropa atau pun Amerika Selatan. Kondisi itu jelas akan menurunkan kualitas Piala Dunia.
Sejak awal keputusan yang diambil FIFA adalah untuk memuluskan jalan Infantino agar kembali terpilih sebagai presiden pada pemilihan 2019. Apalagi ketika melihat catatan bahwa menambah jumlah peserta Piala Dunia merupakan salah satu 'jualan' Infantino ketika pemilihan presiden FIFA pada Februari 2016.
Menariknya, Afrika (CAF) merupakan federasi dengan suara terbanyak di Kongres FIFA, sedangkan Asia (AFC) berada di posisi ketiga dengan 46 suara. Jadi, bisa dibilang Infantino sedang menabung dukungan dari Asia dan Afrika untuk pemilihan 2019.