Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Lewat sudah setahun Zinedine Zidane menjadi pelatih utama Real Madrid. Pria asal Perancis itu ditunjuk manajemen Madrid menggantikan Rafael Benitez yang dipecat pada 4 Januari 2016.
Zidane--putra imigran Aljazair di Perancis--pun disodori kontrak 2,5 tahun menjadi pelatih. Lima hari setelah ditunjuk, Zidane berhasil mempersembahkan kemenangan bagi Madrid di La Liga. Tak tanggung-tanggung, Deportivo La Coruna dibantai hingga 5-0.
Zidane pun mampu membawa Madrid berjaya dalam laga El Clasico melawan Barcelona di Camp Nou pada 2 April 2016. Barca kalah 1-2 dari Madrid. Hasil akhir itu pun mengakhiri rentetan 39 kali bertanding tanpa kalah milik Barca yang merupakan rekor tertinggi di Spanyol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puncaknya kejayaan Zidane di musim 2015/16 adalah keberhasilan meraih Liga Champions, dan Piala Super Eropa dengan dramatis. Zidane pun menutup tahun 2016 dengan torehan piala terakhir yakni Piala Dunia Antarklub.
 Zinedine Zidane sukses mengantar Real Madrid meraih Liga Champions sebagai pelatih pada musim 2015/16. (Reuters / Stefano Rellandini) |
Kini, pada musim kompetisi 2016/17, Madrid masih berada di puncak klasemen hingga pekan ke-16.
Madrid masih di puncak klasemen dengan selisih lima poin dari rival abadinya yang di posisi ketiga, Barcelona. Madrid pun masih menyisakan tabungan satu pertandingan dibandingkan Barca yang telah memainkan 16 laga.
Hasil imbang melawan Sevilla di leg kedua Piala Raja juga memastikan Los Blancos merebut rekor Barca. Madrid kini satu-satunya tim dalam sejarah sepak bola Spanyol yang tak pernah kalah dalam 40 pertandingan beruntun.
Ya, Madrid memang menjadi satu-satunya tim yang tak pernah kalah di La Liga sepanjang musim ini. Padahal, Los Blancos tengah menghadapi kesulitan berupa badai cedera yang silih berganti menimpa barisan inti pertahanan.
Beruntung, para pelapis di lini pertahanan seperti Nacho ataupun Raphael Varane menunjukkan kiprah gemilang. Salah satunya saat menggilas rival sekota, Atletico Madrid, dengan skor 3-0 pada laga La Liga, 19 November 2016.
Kini di musim 2016/17, tanpa perlu ragu lagi kita bisa menyebut Zidane sedang mengincar
treble untuk Madrid yaitu Liga Champions, La Liga, dan Piala Raja.
Telat Berkarier PelatihJalan gemilang Zidane ini tak datang begitu saja. Berbeda dengan para mantan pesepak bola di satu era dengannya yang memilih karier sebagai juru taktik, pria dengan sapaan akrab Zizou itu termasuk telat memulai karier.
Zizou yang berjaya bersama Juventus dan Real Madrid di dekade 1990-an hingga pertengahan 2000-an itu baru menjadi pelatih utama pada awal 2016. Itu hampir sepuluh tahun semenjak ia gantung sepatu di Madrid pada 2006 silam.
Setelah gantung sepatu pun Zidane tak segera magang di tim kepelatihan, seperti yang dilakoni legenda Manchester United Ryan Giggs. Zidane lebih sering menghabiskan kegiatannya dalam kegiatan sosial. Baru pada akhir 2010, Zidane mendapatkan posisi dalam tim. Dari mulai penasihat hingga direktur Olahraga, Zidane pun menjadi asisten pelatih saat Carlo Ancelotti berada di Madrid.
Di sela kegiatannya sebagai asisten pelatih, Zidane melatih tim Madrid B atau Castilla. Kesempatan naik kelas lalu didapat ketika Presiden Madrid Florentino Perez memecat Rafa Benitez pada 4 Januari 2016.
 Zinedine Zidane (kanan) memutuskan gantung sepatu di Real Madrid pada 2006 silam. (AFP PHOTO/ Pierre-Philippe MARCOU) |
Dan, sejak saat itu, Zidane telah menjalani satu tahun yang luar biasa bersama Madrid.
Tentu saja, para pendukung Madrid berharap sang mantan jenderal lapangan tengah itu terus melanjutkan kejayaan.
Harapan yang memang terlihat seakan telah ada di ujung hidung. Di tangan Zidane, seperti yang terlihat dalam separuh musim terakhir, harmoni dan kerja sama tim terlihat padu bahkan dengan para pemain pelapis seperti Nacho yang telah disebutkan sebelumnya kini mampu unjuk gigi.
Zidane pun menunjukkan dirinya dapat dihormati di ruang ganti dengan baik oleh para pemainnya yang mayoritas bintang. Termasuk ketika Cristiano Ronaldo pada Maret tahun lalu sesumbar bahwa skuat Madrid harus berisi bintang seperti dirinya.
Zidane mampu menenangkan kondisi tim sehingga lebih kondusif. Belakangan seperti yang kita baca dari harian Spanyol, Marca, bahkan Ronaldo kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada rekan-rekan satu timnya dengan ungkapan kasarnya tersebut, 11 bulan lalu.
Di atas lapangan, Zidane pun mampu membuktikan betapa dia tak perlu hanya berkegantungan pada satu bintang saja, salah satunya Cristiano Ronaldo. Sebelas laga dilewatinya tanpa Ronaldo. Hasilnya sepuluh menang dan satu seri.
Sekali lagi, performa gemilang Madrid termasuk sepanjang musim ini diusung Zidane tanpa memenuhi lapangan hijau dengan para pemain inti. Apalagi, Madrid pun sedang menjalani sanksi embargo pembelian pemain dari FIFA. Hal yang artinya skuat Madrid saat ini sama dengan musim lalu.
Sungguh satu tahun yang luar biasa dari Zizou!
(kid/ptr)