Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah Dimitri Payet dan West Ham United ibarat dua kekasih baru yang sempat menjalin bahtera rumah tangga. Namun, pemain 29 tahun itu akhirnya berselingkuh demi menjalin kasih dengan cinta lamanya: Marseille.
Payet memilih 'bercerai' ketika The Hammers terpuruk. Ia tak mau berjuang melawan masalah yang menerpa dan memilih untuk berlabuh kepada Marseille 'wanita' yang sudah lama dikenalnya.
Musim lalu, Payet adalah roh permainan West Ham. Kehadirannya di lapangan selalu menjadi pembeda. Jenderal lapangan tengah asal Perancis itu sukses mendulang 15 gol serta 16 assist di semua ajang bersama West Ham.
Tim arahan Slaven Bilic juga sempat menjadi kuda hitam di Liga Primer musim lalu. Kerap menjadi batu sandungan klub-klub besar dan sukses mengakhiri kompetisi di urutan ketujuh.
Fan West Ham bahkan memuji setinggi langit seorang Payet. Kepiawaiannya di atas lapangan dianggap melebih Zinedine Zidane yang dianggap maestro lini tengah
Les Bleus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penampilan ciamik bersama West Ham menjadi tiket menembus skuat utama Perancis di Piala Eropa 2016. Kontribusinya bahkan melebihi sederet bintang
Les Bleus lainnya, termasuk Paul Pogba.
Payet menjadi kreator unggul dengan rekor tiga gol dan dua assist sekaligus mengantar Perancis ke final melawan Portugal. Sayang, Perancis tumbang di partai puncak berkat gol semata wayang Eder di babak tambahan waktu kedua.
 Dimitri Payet pun tampil ciamik bersama timnas Perancis di ajang Piala Eropa 2016. Sayang di partai final, Perancis kalah dari Portugal. (AFP PHOTO / FRANCK FIFE) |
Magnet Klub Besar
Penampilan impresif Payet sontak menjadi magnet bagi klub-klub besar Eropa. Paris Saint-Germain, Real Madrid, Barcelona, dan Arsenal pun digadang sempat memburu tanda tangannya.
Kendati demikian, Payet memutuskan untuk menetap di London Stadium hingga 2021. West Ham juga membentengi pemain andalannya itu dengan gaji tertinggi dalam sejarah klub dengan bayaran 125 ribu poundsterling sepekan atau sekitar Rp2,5 miliar.
Namun, loyalitas Payet bersama West Ham hanya berlangsung singkat. Ia tak tahan dengan prestasi klub yang terus melorot ketimbang musim lalu. Sempat berada di zona degradasi di awal musim, tetapi perlahan sanggup bangkit ke posisi ke-9 klasemen.
 Dimitri Payet kini telah meninggalkan West Ham dan kembali ke Marseille. (Reuters/John Sibley) |
Konflik Payet dan West Ham memanas setelah sang pemain menolak untuk berlatih dengan alasan sakit punggung. Ini hanyalah akal-akalan agar ia dilego ke mantan klubnya di Liga Perancis, Marseille, pada bursa transfer Januari 2017.
Payet bahkan menolak bertanding dan kemudian dilarang berlatih bersama rekan-rekan setimnya. Manajemen klub pun akhirnya menyerah dan melepas Payet dengan banderol 25 juta pounds atau sekitar Rp417,6 miliar.
Petinggi West Ham David Sullivan menyebut pihaknya tak ingin menjual Payet pada bursa transfer Januari ini. Namun, klub terpaksa mengambil keputusan tersebut demi menjaga keharmonisan klub.
"Klub ingin agar hal ini tercatat bahwa kami benar-benar kecewa Dimitri Payet tidak menunjukkan rasa hormat dan komitmen kepada West Ham, seperti yang ditunjukkan penggemar dan klub kepada dirinya. Terutama ketika kami menghadiahinya dengan kontrak baru pada tahun lalu," kata Sullivan seperti dikutip dari The Guardian.
Keputusan Payet menuai kecaman hebat dari pendukung West Ham yang terkenal fanatik. Mereka sempat melakukan aksi protes dengan menginjak-injak jersey replika Payet di depan pintu masuk Stadion London.
Wakil Presiden West Ham, Karren Brady, bahkan mengeluarkan kebijakan tak biasa demi meredam amarah fan. Semua seragam tim bernamakan Payet yang telah dibeli fan bisa ditukarkan ke toko resmi klub untuk mendapatkan jersey West Ham baru dengan harga diskon.
Pemilik jersey Payet bisa menukarkannya dengan jersey anyar hanya dengan membayar 25 poundsterling. Semua pernak-pernik yang berhubungan dengan Payet pun telah dilenyapkan dari situs resmi toko West Ham.
Payet pun sempat melakukan pembelaan diri. Meski mengakui tidak kerasan tampil di bawah asuhan Bilic, ia tetap berterima kasih kepada pendukung fanatik West Ham yang sempat mengelu-elukannya.
"Saya tidak begitu merasa kerasan di West Ham dan saya harus kembali ke asal saya. Saya menjalani tahun yang luar biasa di West Ham dan akan mengenang memori indah dengan suporter," ujarnya.
Cinta Payet pada keluarga disebut sebagai alasan utamanya kembali ke Marseille. Maklum, kepindahannya ke West Ham juga dianggap sebagai pengorbanan kepada Marseille yang musim lalu dililit persoalan finansial.
Kini, ia rela mengkhianati cinta pendukung fanatik West Ham untuk klub yang masih dicintainya, Marseille. Apalagi “Les Olympiens” kini baru mendapat suntikan dana segar dari pengusaha asal Amerika Serikat, Frank McCourt, yang diumumkan sebagai pemilik saham terbesar.
 Manajer West Ham United Slaven Bilic pun mengaku kecewa terhadap sikap Dimitri Payet. (Reuters / Tony O'Brien) |
Tatap Masa Depan di Marseille
Payet menatap masa depan cerah bersama Marseille di bawah kendali McCourt yang berani jor-joran mendatangkan pelatih dan sederet pemain anyar. Mulai dari merekrut Rudi Garcia sebagai pelatih dan menunjuk mantan pemain Timnas Spanyol, Andoni Zubazarreta, sebagai direktur olahraga.
Geliat transfer Marseille makin kentara setelah mendatangkan gelandang muda Perancis dari Montpellier Morgan Sanson dan menampung Patrice Evra secara gratis dari Juventus.
Kehadiran Evra dianggap salah satu faktor yang memengaruhi keputusan Payet. Bahkan keduanya disebut-sebut sudah menjalin komunikasi sebelum proses transfer keduanya rampung.
Payet pun mulai menatap masa depan cerah di Marseille. Pemain kelahiran Saint-Pierre itu bahkan sukses menyumbang gol ketika Marseille menggasak Guingamp 2-0 dalam lanjutan Liga Perancis di Stadion Velodrome, Rabu (8/2) waktu setempat.
Gol Payet tercipta lewat eksekusi tendangan bebas yang menjadi kelihaiannya selama ini. Marseille kini berada di peringkat keenam dengan raihan 36 poin, tercecer 19 poin dari pemuncak klasemen AS Monaco.