Jakarta, CNN Indonesia -- Sepak bola adalah olahraga laki-laki dan dogma tersebut sudah melekat kuat. Chan Yuen-ting datang untuk melawan hal itu, bukan sebagai pemain, melainkan sebagai arsitek tim.
Dari sosoknya yang masih berusia 28 tahun, Yuen-ting masih pantas menjadi atlet olahraga. Tetapi Yuen-ting kini sudah berstatus sebagai pelatih. Bukan sekadar pelatih, melainkan pelatih papan atas di Liga Hong Kong.
"Fakta bahwa saya adalah wanita tidak membuat saya ingin lebih membuktikan kualitas saya. Saya tak melihatnya seperti itu. Pria atau wanita, seorang pelatih tetaplah pelatih."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di lapangan, saya lupakan status saya sebagai wanita. Saya hanya ingin menunjukkan kemampuan saya," ujar Yuen-ting pada akhir tahun silam.
Yuen-ting boleh saja berkata seperti itu, namun ia pun sadar bahwa publik belum bisa sepenuhnya menerima ada pelatih wanita di dunia sepak bola pria.
"Dengan fakta bahwa Hong Kong tak pernah melihat pelatih wanita, maka ada beberapa suporter yang masih tak yakin dengan saya."
"Ada pertanyaan tentang apakah seorang wanita bisa memimpin tim profesional pria?" ucap Yuen-ting.
Merangkak dari BawahKeberhasilan Yuen-ting jadi pelatih sepak bola profesional bukan merupakan hal yang datang dalam sekejap. Yuen-ting memang sukses dalam waktu singkat, tetapi ia melewati proses setahap demi setahap.
 Foto: AFP PHOTO / ISAAC LAWRENCE Chan Yuen-ting sudah terbiasa dengan tim yang berisikan laki-laki. Bahkan ada beberapa pemain yang lebih tua dibandingkan dirinya. |
Yuen-ting adalah mahasiswa lulusan geografi pada 2010 dan melanjutkan pendidikan S2 pada jurusan Ilmu Olahraga dan Kesehatan.
Yuen-ting yang juga pernah berkarier sebagai pemain sepak bola di tim Shatin semasa kuliah kemudian menjabat sebagai analis data untuk Hong Kong Pegasus FC.
Setelah itu kariernya beranjak jadi asisten manajer di Pegasus FC dan kemudian Southern District FC. Semasa berkarier di Pegasus FC, Yuen-ting mampu membawa tim u-18 klub tersebut memenangkan tiga trofi juara.
Eastern Sports Club pun akhirnya tertarik untuk merekrut Yuen-ting pada 2015. Kepercayaan itu dibayar lunas oleh Yuen-ting. Ia sukses membawa Eastern Sports Club jadi juara Liga Hong Kong.
"Ketika kami memenangkan Liga Hong Kong rasanya seperti sebuah mimpi. Banyak orang bertanya mengapa saya tak tersenyum tetapi yang pasti saya merasakan pengalaman tersebut sebagai sebuah prestasi yang sulit diekspresikan oleh tubuh," kata Yuen-ting.
Menantang DuniaSetelah sukses membawa timnya jadi juara Liga Hong Kong, Yuen-ting kini dapat tantangan yang lebih menarik dalam kariernya sebagai pelatih. Ia bakal memimpin timnya berlaga di Liga Champions Asia. Yuen-ting sendiri kini resmi jadi pelatih wanita pertama yang memimpin timnya berlaga di kompetisi kontinental.
Laga pertama Yuen-ting bakal sangat bersejarah karena ia akan menghadapi Guangzhou Evergrande yang dilatih oleh Luiz Felipe Scolari.
"Saya tak pernah membayangkan hal seperti ini bakal terjadi namun ternyata kami akan menghadapi mereka. Saya sangat antusias dan tak sabar untuk segera bertanding," kata Yuen-ting.
Yuen-ting bahkan sudah mempersiapkan formula agar timnya bisa meredam Guangzhou Evergrande yang merupakan raksasa Asia.
"Kami harus fokus pada pertahanan kami, disiplin sepanjang laga berlangsung."
"Saat ini saya tak mau memberikan tekanan besar pada diri saya sendiri dan juga para pemain. Saya ingin kami tampil bagus dan melaju sejauh yang kami bisa di kompetisi ini," kata wanita kelahiran 7 Oktober ini.
 Foto: AFP PHOTO / ISAAC LAWRENCE Chan Yuen-ting kini punya kesempatan untuk beradu strategi dengan pelatih-pelatih hebat dari negara Asia lainnya. |
Yuen-ting boleh saja tak mau statusnya sebagai wanita disorot secara berlebihan dalam perjalanan kariernya sebagai pelatih. Tetapi, Yuen-ting jelas memiliki potensi besar untuk jadi sosok besar di dunia sepak bola.
"Kehadiran Yuen-ting adalah sebuah titik penting dalam sepak bola di Asia, peranan wanita dalam sepak bola, dan juga sepak bola secara keseluruhan."
"Dunia pasti akan mengamati dirinya," kata Presiden AFC Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa.
(ptr/jun)