Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan PSSI untuk memundurkan jadwal Liga 1 membuat klub-klub kontestan galau. Para pemilik klub juga mengaku minim informasi terkait wacana operator kompetisi pengganti.
Dalam satu dekade terakhir, kompetisi sepak bola Tanah Air dikelola oleh PT Liga Indonesia (LI) yang dipimpin Djoko Driyono. Sementara Indonesian Soccer Championship (ISC) 2016 dikelola PT Gelora Trisula Semesta (GTS) yang juga berafiliasi dengan PT LI.
PSSI pada Kongres 8 Januari 2017 di Bandung menegaskan bahwa operator kompetisi tak akan lagi dipegang PT LI atau PT GTS. Nantinya, operator akan bernama Liga Indonesia Baru (LIB).
Semula Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi mengatakan, sejauh ini ada tiga kandidat yang bakal menjabat Direktur Umum LIB di mana satu di antaranya merupakan warga negara asing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya PSSI menyatakan kompetisi Liga 1 bakal digelar 26 Maret 2017. Belakangan PSSI memutuskan untuk memundurkan jadwal sekitar sebulan atau hingga April.
Manajer Arema Ruddy Widodo menilai perubahan jadwal dan belum pastinya struktur operator kompetisi membuat pengurus klub kontestan cemas. Sebab, klub-klub harus menggali kocek lebih dalam untuk mengisi kekosongan aktivitas menjelang kompetisi.
"Ke depannya pembagian saham sama seperti sebelumnya, klub-klub menguasai saham 99 persen dan PSSI 1 persen. Kami itu objek dan subjek, jadi jangan hanya dijadikan objek saja," kata Ruddy kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (22/2).
Ruddy juga berharap operator kompetisi di Indonesia harus bersifat mandiri. Artinya, bukan dikuasai oleh federasi.
"Kita jangan sampai mundur. Malaysia liganya sekarang sudah mengikuti Indonesia pakai operator mandiri. Padahal, kompetisi mereka masih di bawah pemerintah," ujarnya.
Kehadiran operator secara mandiri, lanjut Ruddy, merupakan tanda jika industri sepak bola di Indonesia sudah berjalan di jalur yang benar. Apalagi pembeli hak siar sudah berani bayar mahal, sama halnya pembagian hak siar mulai mengikuti kebijakan kompetisi di Eropa.
Kendati demikian, Ruddy juga mengaku masih belum mengetahui jelas soal kepastian regulasi baru, operator, dan jadwal kompetisi.
Sebelumnya, lanjut Ruddy, operator sudah mulai mensosialisasikan regulasi minimal sebulan sebelum kompetisi bergulir. Biasanya, PSSI melalui operator selalu melakukan verifikasi persyaratan klub peserta liga.
Selain itu, juga selalu dieglar seminar untuk marketing, media officer, hingga pertemuan staf pelatih sesuai dengan persyaratan dari FIFA dan AFC.
Tapi, sampai diundurnya jadwal kompetisi, klub sama sekali belum menerima informasi terkait hal tersebut.
"Saya belum ada bayangan soal kompetisi. Sepertinya bukan cuma saya, tapi klub-klub lain juga bingung. Tapi, yang bisa kami lakukan saat ini hanya menunggu," ujarnya.
"Siapapun operator dan CEO-nya nanti, jangan sampai kompetisi itu dimodifikasi. Harus pakai sistem kompetisi penuh. Itu jadi konsekuensi karena negara kita kondisinya memang seperti itu, semua tim harus bertemu," lanjutnya.
Terpisah, Sekretaris Umum Sriwijaya FC, Faisal Mursyid, juga mengungkapkan hal serupa. Pihaknya, kata Faisal, juga belum dapat informasi resmi terkait operator kompetisi.
Faisal mengaku baru mengetahui rencana pergantian operator, namun belum tahu persis kredibilitas para kandidat yang disebut PSSI.
"Siapapun yang punya kompetensi di bidangnya kami tidak masalah. Mau itu lokal atau asing. Kami tidak melihat itu. Terpenting kopmetisi berjalan lebih baik," ujarnya.
(jun)