Jakarta, CNN Indonesia -- PSSI dan FIFA berencana membentuk badan National Dispute Resolution Chamber atau Majelis Penyelesaian Sengketa Nasional (NDRC).
Wacana tersebut dibahas di pertemuan selama dua hari pada 9-10 Februari 2017 di Jakarta. Pertemuan dihadiri beberapa perwakilan PSSI, perwakilan European Club Association (ECA) David Frommer, FIFA Head of Professional Football James Johnson, dan Direktur FIFPro Jonas Baer-Hoffmann.
"NDRC adalah sebuah badan penyelesaian sengketa yang melibatkan pemain dan klub. Pertemuan ini berlangsung sangat produktif dan ini terobosan yang ditunggu kami semua, ini jadi pekerjaan besar bersama. Semangatnya bukan penyelesaian sengketa tapi kami ingin memastikan sepak bola Indonesia memiliki stabilitas yang baik," kata Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, kepada para awak media.
Joko mengatakan, komposisi NDRC berisikan tiga sampai lima perwakilan klub dan tiga sampai lima perwakilan pemain, dan lima orang dari Komite Eksekutif PSSI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu kualifikasinya harus qualified lawyer. Kapan NDRC ini akan terbentuk? Diskusinya soal ini tidak mudah," ucap Joko.
"Jangan sampai 2018 tidak ada NDRC. Kami punya asumsi bahwa klub-klub lakukan negosiasi untuk kontrak baru di bulan November-Desember, maka kami punya keinginnan ini semua selesai sebelum November tahun ini," ucapnya menambahkan.
Joko menjelaskan bahwa NDRC berbeda dengan Komisi Disiplin PSSI. Nantinya, ujar Joko, segala kasus atau sengketa yang terjadi antara pemain dengan pemain, klub dengan klub, atau pemain dengan klub, akan ditangani langsung NDRC.
"Jangan lupa NDRC ini dalam yurisdiktisnya PSSI/federasi. Tetapi komposisi di NDRC merefleksikan independensi dan keadilan karena melibatkan para pihak yang ada di dalamnya. Oleh karenanya, tidak mudah untuk membuat ini dan regulasinya kami buat dengan hati-hati," tutur Joko.
 Rapat pembentukan NRDC berlangsung selama dua hari di Jakarta. PSSI akan dibantu FIFA. ( CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
"Pesan dari FIFA adalah kami tidak ingin justru dengan (NDRC) ini membuat dikotomi dari dua entitas penting sepak bola yaitu klub dan pemain. Kami harapkan justru spiritnya meminimalisir perselisihan," tuturnya.
Sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini memang sering dilanda kasus seperti penunggakan gaji, penyelesaian kontrak pemain yang tidak tuntas, dan lain sebagainya.
James Johnson yang mewakili FIFA, enggan berkomentar bahwa terbentuknya NDRC adalah akibat tumpukan kasus tersebut.
Adapun tiga fokus utama NDRC adalah hal-hal terkait perselisihan terkait kompensasi latihan, perselisihan club solidarity, dan kontrak klub/pemain.
"Mari lihat dari sisi positifnya, ini dibentuk bukan karena catatan kasus yang ada di Indonesia. Bagi kami yang terpenting adalah keinginann kuat dari PSSI untuk mengimplementasikan program yang ada di NDRC ini nantinya," kata James.
Indonesia merupakan satu dari empat negara yang dijadikan proyek percontohan atau proyek pilot NDRC. Selain Indonesia, ada juga Kosta Rika dan Malaysia sementara satu negara lain belum ditentukan FIFA.
(vws)