Jakarta, CNN Indonesia --
'Kami telah banyak dikritik dalam beberapa hari terakhir, namun saya melihat malam ini kami siap untuk bertarung.'Barisan kata itu keluar dari mulut Craig Shakespeare di ruang ganti sebelum laga Leicester City menjamu Liverpool di Stadion King Power, Senin (27/2) malam waktu setempat.
Shakespeare yang kini menjadi
caretaker manajer Leicester paham situasi sulit yang dialami timnya usai pemecatan Claudio Ranieri pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritik demi kritik--bahkan dari suporter Leicester--ditujukan kepada manajemen akibat pemecatan sosok yang membawa tim itu juara Liga Inggris untuk kali pertama musim lalu.
Bagaimana dengan hasil laga menjamu Liverpool? Tim Merseyside itu ditekuk dengan skor 3-1. Bahkan, Jamie Vardy dan kawan-kawan unggul 3-0 lebih dulu hingga menit ke-67.
Pantaskah dibesar-besarkan kemenangan Leicester tersebut, mengingat rekam jejak Liverpool saat melawan tim-tim semenjana?
Shakespeare yang merupakan asisten Ranieri sebelumnya itu sepertinya memahami kelemahan dari taktik agresif Liverpool di bawah asuhan Juergen Klopp. Dua bek sayap yang terlalu melebar dan kerap terlambat turun serta pasangan bek sentral--Lucas Leiva dan Joel Matip--yang sedikit lambat dan terbuka karena minim lapisan.
 Craig Shakespeare (kiri) memerhatikan pemansan Leicester City jelang menjamu Liverpool. (Reuters / Jason Cairnduff) |
Itu terlihat saat Leicester mencetak gol pertama lewat Jamie Vardy pada menit ke-28. Leiva telat untuk memotong umpan terobosan menyilang Marc Albrighton kepada Vardy.
Ketelatan Leiva itu harus dibayar mahal karena posisi Vardy tinggal berhadap-hadapan dengan Simon Mignolet.
Dan, Vardy berhasil memanfaatkan momentum itu untuk mencetak gol.
Kelimpungannya Leiva mengawal Vardy pun terlihat pada menit ke-34. Pria yang sebelumnya kerap beroperasi sebagai gelandang bertahan itu kesulitan mengimbangi langkah Vardy yang menusuk ke dalam kotak penalti.
Vardy pun dengan cerdik melepaskan umpan dengan tumit kepada Onyinye Ndidi yang bebas di belakang dia. Liverpool beruntung karena tembakan Ndidi melebar dari gawang Mignolet.
Setelah diselingi gol jarak jauh Daniel Drinkwater pada menit ke-39, Vardy kembali hampir mencetak gol pada babak kedua. Memasuki menit ke-59, Vardy menerima umpan sundulan Shinji Okazaki.
Vardy berlari di belakang Leiva dan berhadap-hadapan dengan Mignolet kembali. Namun wasit meniupkan peluit tanda offside.
Dalam tayangan ulang tampak posisi offside Vardy bukan karena kecerdikan Leiva melainkan langkah telat pria asal Brasil tersebut.
Dan akhirnya, Vardy mencetak gol ketiga memanfaatkan umpan silang Christian Fuchs satu menit kemudian. Emre Can yang seharusnya bisa membuang bola tersebut, melompat terlalu cepat sehingga teradang Vardy lebih dulu yang kemudian menyundul bola untuk menggetarkan gawang Mignolet.
Apa yang terjadi di Stadion King Power itu menjadi peringatan keras bagi Klopp. Dia harus memikirkan keregangan pertahanan timnya dalam menghadapi serangan kilat para penyerang di Liga Inggris yang umumnya memiliki lari cepat.
Seperti yang diungkap mantan kapten sekaligus bek sayap Manchester United, Gary Neville, "Liverpool terlalu membuka [pertahanan] mereka yang seharusnya tak dilakukan saat melawan Leicester."
(har)