Jakarta, CNN Indonesia -- Dedi Hadi Rizky dan Sufiatty sengaja datang langsung ke National Youth Training Centre (NYTC) Sawangan, Depok, Rabu (1/3). Rintik hujan yang turun tak menyurutkan niatan keduanya untuk menyaksikan langsung sang anak, Raihan Raihan Abdul Hakim Hadi Rizky menjalani seleksi perdana Timnas U-19.
Buat Raihan, ini adalah kali pertama dirinya dipanggil mengikuti seleksi timnas U-19. Padahal, usianya baru akan menginjak 16 tahun pada 27 Mei mendatang.
Namun, hal itu tak menjadi masalah. Terpenting bagi Dedi, sang anak bisa mendapatkan pengalaman berharga untuk mengikuti seleksi dan dilatih oleh pelatih sekelas Indra Sjafri.
 Orang tua Raihan Raihan Abdul Hakim Hadi Rizky ikut menyemangati anaknya ikut seleksi Timnas Indonesia U-19 di NYTC Sawangan. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
Dipanggilnya Rere, panggilan sayang Raihan dari kedua orang tuanya ke timnas adalah kejutan buat orang Dedi dan Suffiaty. Kata Dedi, Indra mengetahui kebolehan Rere mengolah si kulit bundar melalui video ketika siswa kelas 1 SMA Labschool Rawamangun itu tampil sebagai kapten ASIOP di final Ghotia Cup 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar dipanggilnya Rere ke seleksi timnas diterima Dedi langsung setelah mendapatkan telepon dari PSSI. Dari sambungan telepon itu, Dedi diberi tahu bahwa ada empat nama dari ASIOP yang dipanggil untuk mengikuti seleksi timnas U-19.
Dedi pun sudah memberikan pengertian jika nantinya Rere tidak lolos seleksi.
"Saya bilang: 'Re, ini pengalaman buat kamu. Sekarang kamu harus tetap semangat dan bersaing menunjukkan skill, tunjukkan kalau kamu bisa.' Kami harus memberikan dukungan positif kepadanya," kata Dedi menirukan pesannya kepada Raihan.
"Kalau tidak lolos pasti karena beberapa faktor, anggap ini pengalaman. Kamu harus tahu, untuk bisa dipanggil seleksi timnas ini kamu bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang. Ini pengalaman yang luar biasa," imbuhnya.
Dedi mengaku tak pernah memaksakan anaknya untuk menjadikan sepak bola sebagai jalan hidupnya. Ia melihat sejak kecil, Rere memiliki minat di sepak bola sehingga ia memberikan dukungan dan mengarahkannya sesuai dengan bakat dan minat tersebut.
"Harus sinkron keinginan anak dan orang tua. Kalau tidak sinkron, sulit ini bisa terjadi," aku Dedi.
Rere aktif berlatih sepak bola sejak kecil. Saat duduk di kelas enam Sekolah Dasar (SD) ia pernah membawa sekolanya juara di McDonald's Cup yang berhadiah ke luar negeri.
Pada 2013, Rere masuk ke ASIOP dan menang di Kejuaraan JSSL Arsenal di Singapura, Juara di Tiger Cup dan Norwegia Cup. "Termasuk seleksi sister city, kejuaraan pelajar ibu kota yang hadiahnya bertanding di Jepang," ujarnya.
Kini, jalan menuju timnas yang menjadi cita-cita Rere sudah terbuka lebar. Dukungan dan semangat pun tak lelah diberikan kedua orang tuanya. Salah satu caranya dengan datang langsung ke NYTC Sawangan, meskipun ia tak bisa berkomunikasi langsung dengan anaknya di sana.
"Jangan hanya anak yang berjuang di lapangan, orang tua juga harus menunjukkan, kalau kami mendukungnya," tegasnya.
Pada seleksi perdana timnas U-19, Rere sendiri mengaku dirinya tertantang lantaran hujan yang mengguyur NYTC. Tapi, ia tetap bekerja keras untuk bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya di lapangan hijau.
Apalagi, Indra Sjafri terkenal dengan sosok pelatih yang tegas dan disiplin. Belum lagi dari segi fisik yang dituntut tampil prima setiap saat.
"Sekarang masalahnya, pemain Indonesia agak kurang fisiknya. Saya harus tahu, kapan ambil napas, kapan harus joging di lapangan, kapan harus sprint," cerita Rere soal latihan perdananya di seleksi timnas U-19.
(bac)