Nostalgia Djanur di Stadion Teladan Medan

CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2017 22:15 WIB
Persib Bandung akan melakoni pertandingan uji coba melawan PSMS Medan di Stadion Teladan, Medan pada Minggu (26/3).
Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman (kiri) memiliki romansa dengan Stadion Teladan, Medan.(Antara Foto/Agus Bebeng)
Bandung, CNN Indonesia -- Persib Bandung akan melakoni pertandingan uji coba melawan PSMS Medan di Stadion Teladan, Medan pada Minggu (26/3).

Pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman sangat antusias menyambut laga tersebut. Pasalnya, duel kedua tim dikenal sebagai laga klasik karena rivalitas keduanya sejak era Perserikatan. Namun, antusiasme Djadjang ternyata bukan hanya akibat rivalitas panjang kedua tim itu saja.

Pelatih yang akrab disapa Djanur itu mengungkapkan, tidak sabar menginjakkan kaki kembali di Stadion Teladan, Medan. Pasalnya Djanur memiliki romantisme dengan stadion tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stadion Teladan merupakan saksi bisu dari perjalanan karier Djanur sebagai seorang pesepak bola pada dekade 1980an. Maklum, pada medio 1982 hingga 1985, Djanur pernah memperkuat Mercu Buana Medan di kompetisi Perserikatan.

"Dulu, selain PSMS, Mercu Buana, dan Pardedetex juga memakai Stadion Teladan sebagai home base. Ya, banyak kenangan yang saya alami di sana. Dulu itu, saya main di Mercu Buana waktu saya lagi bagus-bagusnya," ujar Djanur, Rabu (22/3).

Djanur mengisahkan acap kali bermain di Stadion Teladan, motivasinya selalu berlipat. Maklum, saat ia bertanding, sang istri yang berasal dari etnis batak Miranda Panggabean selalu hadir di stadion berkapasitas 20 ribu penonton tersebut.

"Iya, memang waktu itu istri selalu hadir ke stadion untuk menyaksikan pertandingan. Jadi, semakin berlipat motivasi untuk bermain bagus," ungkapnya.

Djanur bercerita, satu pengalaman lain yang tak bisa ia lupakan adalah sengitnya persaingan antara Mercu Buana dan Pardedetex, partai derbi Medan dalam ajang kompetisi Galatama kala itu, diakuinya selalu berlangsung panas. Tak jarang, para pemain kedua tim bersitegang di lapangan.

"Dulu memang seperti itu, pertandingan antara Pardedetex melawan Mercu Buana itu pasti berlangsung panas. Bahkan, para pemainnya sering ribut di lapangan. Tapi, saya tak pernah ikut-ikutan. Kalau ada ribut saya ke pinggir lapangan saja," ujar Djanur.

Setelah Mercu Buana bangkrut pada tahun 1985, Djanur lalu kembali ke Persib. Saat pulang ke Bandung, ia langsung tampil mengesankan dengan membawa Maung Bandung tampil sebagai juara Perserikatan pada musim 1986.

Saat itu, tembakan Djanur yang memanfaatkan umpan Adeng Hudaya menjadi gol semata wayang dalam partai puncak Perserikatan 1986 melawan Perseman Manokwari di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER