Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Cristiano Ronaldo menari bersama Marcelo merayakan gol ketiganya ke gawang Bayern Munich. Gol itu menggenapkan torehan di Liga Champions menjadi 100 gol. Di balik catatan fenomenal itu, tersimpan kegundahan dalam hati CR7.
Bukan, Ronaldo bukan gundah lantaran dua dari tiga golnya ke gawang Bayern dianggap offside. Soal itu, Ronaldo sudah tegas mengatakan bahwa Madrid terbukti jadi tim yang lebih baik dibandingkan Bayern dari dua leg perempat final yang telah dijalani.
Di balik prestasi tinggi Ronaldo jadi pemain pertama yang mampu mencetak 100 gol di Liga Champions, sang megabintang justru merendah dengan harapan bahwa suporter Madrid tak lagi mencemooh dan menyiuli dirinya ketika sedang tampil buruk dan tak bisa mencetak gol untuk Los Blancos.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tak meminta suporter untuk diam dan tidak memberikan kritik. Saya hanya meminta suporter tidak menyoraki dan memberikan siulan. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik bersama Real Madrid, meski terkadang saya tak mencetak gol," kata Ronaldo.
Perilaku sejumlah suporter Madrid memang sulit diterima nalar dan akal sehat. El Real bisa saja mengklaim sebagai klub terhebat di dunia dengan tolok ukur gelar Liga Champions dan La Liga terbanyak. Namun, hal itu tak lantas membuat perilaku sejumlah kelompok suporter mereka tetap dalam koridor kewajaran.
Terlebih bila sasaran kemarahan dan cemoohan itu ditujukan pada Ronaldo, pemain yang telah mengangkat Madrid meraih sejumlah prestasi besar sejak kedatangannya pada 2009.
Ronaldo telah mengantar Madrid sembilan kali merebut gelar juara, dan seluruh trofi yang ada pernah ia menangi, mulai dari La Liga, Piala Raja, Piala Super Spanyol, Liga Champions, Piala Super Eropa, hingga Piala Dunia Antarklub.
Ronaldo adalah pemain yang terlihat angkuh, arogan, penuh percaya diri di lapangan. Namun ia juga bukan sosok yang bisa menerima begitu saja cemooh, terutama bila suara-suara negatif itu justru muncul saat berlaga di Santiago Bernabeu yang merupakan rumah dari Madrid.
Beberapa kali Ronaldo yang tengah kesulitan membobol gawang lawan justru makin frustrasi dan tak bisa menahan rasa kesalnya karena terus mendengar cemoohan dari mereka yang seharusnya ada di belakang dan memberikan dukungan untuk Madrid.
Pada awal musim ini pun, Ronaldo sempat mendapatkan kritikan karena produksi golnya berhenti. Padahal bila mengacu catatan statistik saat ini, performa Ronaldo tidaklah buruk. Ronaldo total menggelontorkan 31 gol dari 38 laga yang dimainkan di seluruh kompetisi.
Jumlah 31 gol saat kompetisi masih ada di bulan April adalah jumlah spektakuler bagi mayoritas striker di dunia. Namun tidak bagi Ronaldo. (Mungkin) tidak pula bagi sebagian pendukung Madrid.
Saat Ronaldo datang ke Madrid pada 2009, Los Blancos menikmati transformasi Ronaldo yang sebelumnya seorang pemain sayap menjadi pemain yang didorong lebih maju dan aktif mencetak gol.
Alhasil, setelah 'hanya' menorehkan total 33 gol di musim pertama, torehan gol Ronaldo tak pernah kurang dari 51 gol pada enam musim berikutnya. Ronaldo bahkan dua kali menyentuh torehan gol di atas 60 gol dalam semusim.
Gol-gol Ronaldo itu kemudian seperti candu dan obat-obatan terlarang bagi para suporter Madrid. Awalnya mereka terpukau oleh data statistik gol Ronaldo. Lantaran standar kepuasan mereka meningkat menjadi 'level Ronaldo', kekaguman mereka pada pemain asal Portugal itu lama-kelamaan menjadi sebuah tuntutan dan kewajaran.
Pada awalnya, suporter Madrid mungkin terpukau oleh keberhasilan Ronaldo mencetak 50 gol dalam semusim. Namun kelamaan, catatan 50 gol itu dianggap biasa dan pada akhirnya dianggap 'sudah sewajarnya'.
Standar kepuasan 'level Ronaldo' itu yang kemudian memunculkan rasa tidak puas dari sejumlah suporter Madrid ketika sang mesin gol sedikit bermasalah dan 'baru' mencetak 30-an gol saat ini. Padahal bila dibandingkan dengan bomber-bomber Madrid dalam dua dekade terakhir, Ronaldo jelas jauh lebih tajam dibandingkan mereka.
Predrag Mijatovic, Davor Suker, Raul Gonzales, Ronaldo Brasil, Ruud van Nistelrooy, hingga Michael Owen jelas tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Ronaldo.
Ronaldo Brasil yang disebut sebagai salah satu penyerang terbaik sepanjang masa pun hanya mampu dua musim mencetak lebih dari 30 gol, tanpa pernah menyentuh angka 40-an gol, apalagi 50-an atau 60-an gol semusim.
Raul yang disebut 'Pangeran Bernabeu' pun bakal minder bila dihadapkan pada CR7. Raul sempat jadi pemegang rekor gol terbanyak usai berkostum Madrid selama 16 musim. Ronaldo lalu mampu menghapus rekor itu saat kariernya belum genap delapan musim. Ia bahkan kini sudah unggul 72 gol dari Raul.
Siapa menabur angin, dia menuai badai! Ronaldo seperti menabur angin kehebatan lewat torehan gol-golnya, namun ia justru tersapu oleh badai kritik dan cemooh dari pendukungnya saat tampil sedikit di bawah standar.
Suara-suara sumbang ini pula yang sering diperlakukan sebagai celah untuk mengejek dan menyindir Real Madrid. Pelatih Barcelona Luis Enrique secara tersirat menyindir sang rival ketika ia yakin pendukung Barcelona akan tetap solid dan mendukung timnya meskipun mereka tengah berada di posisi yang sulit.
Kelompok suporter Real Madrid yang terus memberikan cemooh mestinya sadar bahwa yang mereka lakukan itu salah dan tak benar. Bila Ronaldo berpikiran pendek, mudah saja baginya untuk memutuskan pindah klub lantaran mendapatkan perlakuan negatif dari suporter.
Hanya dengan tutup mata, Ronaldo bisa membuat sejumlah klub besar memberikan penawaran. Tetapi yang kemudian terjadi adalah Ronaldo tetap bertahan karena besarnya cinta yang ia miliki untuk Madrid.
Mengacu sikap Ronaldo yang seperti itu, sudah sepantasnya aksi Ronaldo dibalas cinta penuh dan seutuhnya dari para pendukung Madrid. Ronaldo sudah layak masuk jajaran pemain yang sangat dihormati dan tak layak untuk mendapatkan cemoohan dari pendukungnya sendiri, seperti halnya Xavi Hernandez dari Barcelona, Steven Gerrard dari Liverpool, dan Francesco Totti dari AS Roma.
Bila suporter Madrid tetap bersikeras menyoraki dan menyiuli Ronaldo saat tampil buruk, maka akan sulit membayangkan apa yang harus dilakukan suporter Los Blancos untuk 'menyerang' pemain lainnya di skuat Madrid agar kritik dan cemooh pada Ronaldo terasa pantas dan wajar.
Dan bila sejumlah suporter Madrid masih merasa Ronaldo yang nyaris sempurna itu wajib untuk terus dicemooh saat tampil buruk, maka bintang-bintang dunia lain seperti Eden Hazard, Pierre Emerick Aubameyang, hingga Antoine Griezmann harus berpikir 1.000 kali untuk setuju bergabung ke Madrid.
Para calon pemain Madrid itu harus sadar neraka seperti apa yang menanti mereka, lantaran Ronaldo yang memiliki kemampuan seperti Dewa pun, terkadang masih dicemooh dan disoraki seolah tak pernah berjasa.
(ptr)