Jakarta, CNN Indonesia -- Keindahan toleransi beragama tercermin jelas dalam skuat Persija Jakarta. Para pemain yang tediri dari berbagai latar belakang yang berbeda, senantiasa ikut menikmati suasana Ramadan dengan sukacita.
Skuat Macan Kemayoran memang dihuni sebagian besar pemain muslim yang tak mau melewati ibadah puasa. Tak hanya sekadar menahan lapar, puasa juga menjadi momentum untuk mengedepankan sikap toleransi yang belakangan mulai tergerus karena praktik politik.
Sejumlah pemain Persija yang non-muslim pun menunjukkan kedewasaannya dalam menyikapi perbedaan. Sutanto Tan misalnya. Pemain keturunan Tionghoa ini memaknai bulan Ramadan sebagai momen untuk menjaga toleransi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutanto selalu berusaha tidak makan ataupun minum di depan rekan-rekannya, meski kegiatan makan dan minum bukan hal yang tabu atau bahkan dilarang pemain lain.
 Sutanto Tan (oranye) saat membela Persija Jakarta dalam laga ujicoba melawan Timnas Indonesia U-22. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
"Saya sudah terbiasa menghadapi teman-teman yang puasa. Yang pasti saya selalu usahakan makan dan minum tidak di depan mereka. Biasanya di dapur atau di ruangan Pak Udin (juru masak tim)," kata Sutanto kepada
CNNIndonesia.com.
Sutanto mengaku tak pernah melewatkan kegiatan buka bersama di mes Persija. Bukan hanya sekadar mengisi perut, melainkan untuk menambah kebersamaan.
"Kami makan bareng sambil berbincang dan bercanda. Saya juga ingin sekali sahur bersama. Tapi, sejauh ini tidak sanggup bangun di subuh hari," ujar mantan pemain Bali United itu sambil tertawa lepas.
Salut dengan Pemain BerpuasaMeski demikian, gelandang 23 tahun itu mengaku terkesima dengan kegigihan pemain yang berpuasa. Sebab, puasa ternyata tidak mengendurkan motivasi pemain saat latihan.
"Saya salut dengan teman-teman, semangatnya tinggi sekali. Kadang saya bingung, kok mereka tidak lelah di sesi latihan meski sudah menjalani puasa di siang harinya."
Sutanto menjadi salah satu pemain yang tinggal di mes Persija yang letaknya tak jauh dari lapangan Sutasoma 77 Halim Perdanakusuma. Mes ini dikhususkan menampung para pemain yang berasal dari luar Jakarta.
Tak hanya santap buka bersama, Sutanto juga biasanya menghabiskan waktu 'ngabuburit' bersama rekan-rekan di mes. "Biasanya tergantung lawan nantang main apa. Kalau tidak main PS, ya kami main biliar," ujar Sutanto.
 Suasana saat buka puasa bersama di mes pemain Persija Jakarta. (CNN Indonesia/Artho) |
Sebagian pemain senior yang menetap di Jakarta seperti Ismed Sofyan, Ramdani Lestaluhu, dan Andritany Ardhiyasa biasa tiba di sore hari. Sebelum berbuka, mereka menyempatkan ikut bermain biliar bersama.
 Sebagian pemain Persija memanfaatkan waktu menunggu berbuka puasa sambil ngabuburit bermain biliar. (CNN Indonesia/Artho) |
Skenario Latihan saat RamadanPelatih Persija Stefano "Teco" Cugurra memang sengaja mengubah jadwal latihan anak asuhnya di saat Ramadan. Jika biasanya latihan digelar pagi dan sore hari, maka latihan digelar pada malam hari di Bulan Ramadan.
Porsi latihan fisik dan durasi latihan pun sedikit dikurangi. Teco mengaku lebih banyak memberikan materi taktikal pada skuatnya.
Akan tetapi, Teco meminta para pemain non-muslim untuk tetap menggenjot kebugaran di pagi hari. Hal itu dilakukan untuk menjaga stamina dan fisik tidak kendur.
Selain Sutanto, enam penggawa Persija lainnya juga tidak berpuasa. Mereka adalah Bruno da Silva Lopes, Luis Carlos Junior, Willian Pachecho, Rohit Chand, Evram Awes, dan Arthur Irawan.
 Stefano Cugurra akrab dengan sapaan Teco. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
"Saya sangat respek dengan mayoritas pemain yang muslim. Mereka tetap bekerja keras di bulan puasa dan tidak masalah dengan jadwal latihan malam. Sejauh ini stamina mereka tidak mengalami penurunan drastis. Saya sangat respek," ujar Teco.
"Selain ada jadwal berbeda untuk pemain muslim, saya juga minta pemain nonmuslim menjalani latihan gim di pagi hari."
Teco memang bukan wajah asing di sepak bola Indonesia. Ia pernah menjabat asisten pelatih Persebaya Surabaya pada 2004. Pengalaman ini membuatnya paham bagaimana menyusun program latihan di saat Ramadan.
Sama seperti halnya Sutanto, Teco juga tak pernah melewatkan agenda rutin sebelum berlatih. Ia juga turut hadir saat buka puasa bersama dengan pemain. Ini dilakukan untuk meningkatkan harmonisasi tim di luar lapangan.
"Kami selalu buka puasa bersama sebelum latihan. Semua pemain wajib datang."
Ismed Puji Sutanto TanSikap Toleransi yang ditunjukkan Sutanto Tan dan Teco pun amat dihargai para penggawa Persija yang melaksanakan ibadah puasa. Kapten tim, Ismed Sofyan, bahkan mengagumi sosok Sutanto yang tak segan bertanya soal agama Islam.
"Sutanto suka tanya-tanya makna puasa. Saya jelaskan dengan apa yang saya tahu dan yakini. Dia cukup mengerti, bahkan pernah mencoba ikut puasa. Tapi enggak kuat dan cuma sampai jam 11 pagi doang," tutur Ismed sambil tertawa geli.
Bek sayap 37 tahun itu pun mengapresiasi toleransi yang dilakukan pemain non-muslim. Mereka tetap menjaga etika dengan tidak mempertontonkan kebiasaan makan dan minum.
 Ismed Sofyan. (CNN Indonesia/Artho) |
"Mereka sangat menghormati dan menghargai kami yang muslim. Mereka sangat mengerti, ketika sarapan atau makan siang jadi lebih tertutup tidak di depan yang puasa. Padahal mungkin kita biasa saja. Tapi, inilah namanya saling menjaga toleransi," ujar pria kelahiran Aceh itu.
Senada dengan Ismed, pemain senior lainnya, Maman Abdurahman pun mengapresiasi rekan satu timnya yang tidak berpuasa. Sikap saling menghargai menjadi hal lumrah di sepak bola.
"Selama saya bermain di beberapa tim, tidak pernah ada masalah soal toleransi beragama. Semua saling pengertian dan mendukung satu sama lain. Jadi saya pribadi tidak pernah masalah kalau ada yang tidak puasa," ujarnya.
Bagi Maman, momentum Ramadan bukan sekadar menahan haus dan lapar. Melainkan waktu yang tepat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. "Saya selalu berniat untuk menjadi pribadi yang lebih lagi dari segi ibadah dan kepada sesama," ujarnya.