Josiah melakukan ekspedisinya dengan bekal uang yang sangat sedikit, sekitar US$5 atau sekitar Rp66 ribu per hari. Ia menerangkan bahwa ada tiga hal utama yang perlu diingat ketika seseorang hendak berpergian dalam waktu yang lama dan jarak yang jauh, yaitu: uang, transportasi, akomodasi, dan makan.
"Kendaraan saya adalah sepeda, (transportasi) gratis. Akomodasi saya adalah berkemah dan tinggal di rumah orang setempat, gratis juga. Ini berarti, biaya yang perlu saya keluarkan adalah untuk makan," tutur Josiah.
 Josiah melewati jalanan di Tajikistan. (Courtesy of Josiah Skeats) |
"Inilah caranya saya bisa berkelana selama dua tahun. Orang tua saya tidak memberikan sedikitpun uang dan bekal lainnya, semua tergantung bagaimana saya mengaturnya sebelum pergi," tuturnya lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan hanya US$5 sehari, Josiah sadar harus hemat dan tidak boleh mengikuti nafsunya untuk segera kenyang. Lain tempat, lain cara makan.
"Di Eropa, saya mesti memasak, saya bawa kompor sendiri. Jadi saya banyak makan pasta, nasi, dan roti. Di Asia, pengeluaran untuk makan lebih murah, sehingga saya bisa makan di pinggir jalan," ujar Josiah.
 Josiah bersama orang lokal sepanjang perjalanan dari Solo ke Surabaya. (Courtesy of Josiah Skeats) |
"US$5 per hari di Indonesia itu adalah uang yang banyak untuk makan. Sehari, saya bisa makan nasi goreng seharga Rp10 ribu, nasi pecel senilai Rp10 ribu, tempe Rp6 ribu, dan es campur Rp4 ribu. Enak!" ucapnya.
Josiah mengaku sepanjang perjalanannya dia paling suka masakan Indonesia dan India. Terkadang, Josiah juga diajak makan bersama oleh masyarakat setempat. Selain hemat finansial, Josiah juga harus hemat dalam mengganti pakaian. Dia mengaku hanya membawa tiga baju saja.