Jakarta, CNN Indonesia -- Berlaga di kompetisi sepak bola nasional setelah delapan tahun berkompetisi di negara dengan infrastruktur sepak bola yang memadai bukan pekerjaan mudah bagi Stefano Jantje Lilipaly.
Gelandang berusia 27 tahun itu harus beradaptasi dengan kondisi sepak bola di tanah air, termasuk soal lapangan yang ia rasa cukup berbeda.
"Beda bermain di Indonesia tapi saya senang berada di sini. Lapangan di Indonesia tidak terlalu bagus tapi itu sesuatu yang mesti Anda hadapi," kata Stefano.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Belanda saya bermain di atas rumput sintesis, sementara di sini saya bermain di rumput yang kurang bagus. Tapi seperti yang saya katakan tadi, ini mesti kita hadapi. Di sinilah saya bermain," katanya menambahkan.
 Stefano Lilipaly harus beradaptasi dengan kondisi sepak bola Indonesia setelah lama bermain di Belanda. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana) |
Ini adalah kali kedua Lilipaly bermain di Liga Indonesia. Pada 2015, gelandang serba bisa itu sempat memperkuat Persija Jakarta di Liga Super Indonesia.
Dalam delapan tahun karier profesionalnya Stefano banyak menghabiskan waktu di Belanda, baik di kompetisi kelas utama maupun kelas kedua serta sempat hijrah ke Jepang.
"Butuh sedikit adaptasi, tapi saya merasa baik-baik saja di sini. Demikian pula keluarga saya," ucap pemain keturunan Maluku itu.
Stefano merasa nyaman di Bali United meskipun baru bergabung pada tengah musim. Ia menilai tim berjulukan Serdadu Tridatu merupakan tim yang sangat baik dan berpotensi meraih gelar juara Liga 1.
 Stefano Lilipaly beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia ketika memperkuat Bali United. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf) |
"Pertandingan terakhir kalah dari Bhayangkara. Seharusnya kami tidak kalah tapi Bhayangkara memang tim bagus," ujar Lilipaly.
"Jika Anda tidak cukup tajam, maka mereka akan cetak gol. Itulah yang mereka lakukan. Tapi masih ada sekitar tujuh pertandingan lagi mendatang, segalanya mungkin terjadi," ujarnya melanjutkan.