Jakarta, CNN Indonesia -- Laga semifinal sektor ganda putra di Super Series Finals 2017 antara Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda diwarnai reli-reli panjang.
Ketika tertinggal 12-18 di gim kedua, Kevin/Marcus mengubah strategi bermain dengan memancing lawan menyerang. Keduanya selalu mengangkat bola dan membuat lawan melakukan pukulan smes.
Kamura/Sonoda justru tidak mampu meraih poin dengan leluasa, justru Kevin/Marcus yang mampu mengejar ketertinggalan menjadi 18-20 sebelum akhirnya pukulan Kevin yang melebar menyudahi gim kedua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gaya permainan yang cenderung lambat dan tidak pada umumnya ditemui dalam laga ganda putra tersebut kembali terulang di awal gim ketiga. Keadaan tersebut sempat membuat ofisial pertandingan bertanya kepada pelatih pendamping Kevin/Marcus, Aryono Miranat.
 Perubahan strategi yang dilakukan Kevin/Marcus berbuah kemenangan di laga semifinal Super Series Finals 2017. (Dok. PBSI) |
“Sempat ditanya oleh
referee kenapa Kevin/Marcus bermain seperti itu, banyak lob-lob panjang dan kesannya tidak serius. Lalu saya jelaskan bahwa ini adalah bagian dari strategi dan saya rasa tidak ada yang salah dengan itu. Lawan pun meladeni lob tersebut dan tidak menyerang. Di ganda putri bahkan lebih banyak kita temukan reli panjang seperti ini,” jelas Aryono dalam rilis PBSI.
Mengubah gaya main juga diakui sebagai cara menghabiskan stamina dan energi lawan yang menaklukkan mereka di fase grup dalam dua set langsung.
“Memang ini bagian dari strategi ya, main lob-lob panjang. Biar gantian, lawan juga jadi capek,” jelas Marcus.
“Di gim kedua itu memang kami mengganti strategi jadi bermain
defense. Kami sudah ketinggalan jauh, jadi kami mencoba untuk mengganti strategi,” sahut Kevin.
(nva)