Jakarta, CNN Indonesia -- Suporter Persita Tangerang menggelar aksi 100 hari di Tugu Adipura, Jumat (19/1), untuk mengenang alamarhum Banu Rusman. Banu meregang nyawa akibat konflik antarsuporter sepak bola Indonesia.
Koordinator aksi, Ronald Esya, mengatakan aksi damai di Tugu Adipura tidak hanya untuk mengenang mendiang Banu.
"Aksi tadi itu juga bukan sekadar almarhum Banu, tapi kami juga mau mengangkat kasus Ferdian Fikri yang korban dari oknum suporter The Jak [pendukung Persija]," kata Ronald kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelumnya, kepolisian menyebutkan pelaku ada tiga orang. Tapi, sampai hari ini yang baru ditangkap satu. Makanya bertepatan dengan momentum peringatan almarhum Banu ini, kami juga angkat isunya [Ferdian Fikri],” katanya menambahkan.
 Aksi 100 hari almarhum Banu Rusman hanya berlangsung selama satu jam. (Dok. Ronald Esya) |
Lebih lanjut, Ronald mengatakan bentuk aksi dilakukan dengan membentangkan spanduk-spanduk kritikan, orasi politik, dan pembacaan puisi. Aksi tersebut juga dihadiri ibu korban Ferdian Fikri.
“Beliau [Ibu Ferdian Fikri] juga menyampaikan pernyataan bahwa teman-teman yang tetap konsisten sampai hari ini diapresiasi. Dan dia minta juga ini jangan sampai dilupakan, khususnya suporter di Tangerang,” ucap Ronald.
 Markas Persita Tangerang, Stadion Benteng, dikabarkan akan dialihfungsikan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Berdasarkan rilis dari "Persita Casual Industry City Firm", terdapat lima poin tuntutan dalam aksi tersebut.
Pertama, keadilan dan kejelasan kasus almarhum Banu. Selanjutnya, PSSI diminta memberikan kejelasan terbuka kepada publik mengenai tindak lanjut kasus almarhum Banu.
Ketiga, kejelasan dari pihak hukum dan kepolisian tindak lanjut almarhum Ferdian Fikri. Kemudian, suporter Persita meminta regulasi yang membatasi ruang gerak suporter bola dihentikan.
"Kelima, stop kekerasan terhadap suporter oleh aparatur negara," demikian bunyi poin dalam rilis itu.
(jun)