Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
"I don't mind if I might seem like going slowly, as long as I knew I'm on the right track and keep moving ahead. Sooner or later, my dreams do come true"Kalimat itu terpampang bertahun-tahun lalu di profil akun twitter milik Greysia Polii. Kalimat yang mungkin jadi pegangan hidupnya dan kalimat yang akhirnya bisa diwujudkan nyata.
Bila ada pebulutangkis yang layak menceritakan momen suka-duka kehidupan sebagai atlet, pahit-manis kehidupan olahragawan, Greysia Polii adalah salah satu orang yang memenuhi kualifikasinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Greysia Polii pernah berada di posisi sangat diharapkan, kemudian berubah jadi pada posisi tampil mengecewakan, lalu pernah terpuruk dalam jurang penuh cacian, kemudian bisa bangkit dan kembali dielu-elukan.
Greysia Polii muda adalah sosok pebulutangkis dengan label harapan masa depan. Bertahun-tahun berselang, harapan itu seolah tak menemukan jawaban sehingga pujian mulai bertransformasi jadi kekecewaan.
 Greysia Polii muda adalah salah satu pebulutangkis yang diharapkan bersinar di masa depan. (AFP PHOTO / BRIAN STEWART) |
Dalam tahun-tahun penuh kekecewaan karena tak kunjung jadi ganda putri yang bisa diandalkan, Greysia Polii justru kemudian terjatuh pada titik terendah dalam kariernya.
Pada Olimpiade 2012 di London, Greysia Polii, bersama Meiliana Jauhari berangkat dengan status tak diunggulkan. Di turnamen itu, Greysia/Meiliana bukan hanya pulang dengan kegagalan, melainkan dengan nama yang tercoreng tinta hitam.
Diawali kekalahan Tian Qing/Zhao Yunlei dari Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl, Wang Xiaoli/Yu Yang berusaha 'mengalah' dari Jung Kyung-eun/Kim Ha Na. Hal itu dilakukan agar dua ganda China tersebut tak berada di blok yang sama sehingga terhindar dari duel di babak semifinal.
Peristiwa itu kemudian menyeret Greysia/Meiliana dalam duel lawan Ha Jung-eun/Kim Min-jung. Greysia/Meliana terbawa emosi sesaat dalam situasi yang rumit sehingga jadi gelap mata. Kedua ganda tersebut menampilkan permainan bukan dengan tujuan ingin menang. Setelah sama-sama saling protes, akhirnya kartu hitam melayang. Greysia/Meiliana didiskualifikasi dan pulang dengan catatan kelam.
 Gryesia lebih berperan menjadi pembimbing ketika berduet dengan Apriyani Rahayu. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Beranjak dari KelamGreysia Polii punya dua pilihan setelah itu. Mundur dan pergi dari dunia bulutangkis demi menghindari hujatan, namun dengan catatan buruk di akhir karier yang tak mungkin terhapus. Tetap bertahan, menghadapi langsung cacian dan hujatan, namun punya kesempatan mengubah ujung perjalanan karier dan potret perjalanannya secara keseluruhan.
Greysia Polii memilih jalan yang kedua. Jalan yang lebih sulit ditempuh karena kritikan-kritikan tajam akan langsung mengarah padanya.
Tanpa adanya insiden London 2012, Greysia sudah sering dikritik karena penampilannya tak kunjung memuaskan. Hal itu berarti Greysia butuh lonjakan besar dalam kariernya bila ingin menghadirkan gambaran yang lebih baik dari publik terhadap dirinya.
Greysia, bersama Nitya Krishinda Maheswari, berhasil mewujudkan hal tersebut. Kerja keras Greysia/Nitya membuat mereka jadi salah satu ganda putri yang dipandang dalam persaingan di level dunia.
 Bersama Nitya Krishinda Maheswari, Greysia Polii masuk dalam jajaran ganda papan atas dunia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Raihan medali emas Asian Games 2014, medali perunggu Kejuaraan Dunia 2015 plus sejumlah gelar di turnamen internasional jadi bukti kehebatan mereka. Serangan Greysia/Nitya yang tidak terlalu tajam berhasil ditutupi oleh sistem pertahanan dan penempatan-penempatan bola yang merepotkan lawan.
Greysia/Nitya menjalani periode terbaik dalam karier mereka. Mereka tercatat sebagai salah satu ganda putri yang layak diunggulkan meraih medali di Olimpiade. Sayang, faktor cedera sedikit menghambat penampilan Greysia/Nitya sehingga mereka harus terhenti di babak perempat final.
Kehadiran Greysia/Nitya yang pasti membuat Indonesia kembali memiliki ganda putri yang ditakuti.
Kejutan Greysia/ApriyaniSelepas Olimpiade, Nitya menjalani operasi dan harus absen lama. Greysia pun berpasangan dengan sejumlah pemain lainnya di nomor ganda putri.
Anggapan bahwa periode emas Greysia telah berlalu mulai muncul. Namun ternyata Greysia berhasil membuktikan bahwa ia masih bisa jadi andalan dengan pasangan anyar.
 Greysia Polii membuktikan kariernya belum berakhir usai Olimpiade 2012. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Bila bersama Nitya, Greysia punya partner dari generasi yang sama dan bisa saling bertukar saran, maka saat bersama Apriyani Rahayu, Greysia mesti lebih banyak berperan sebagai penuntun dan pembimbing.
Jika pada awal kariernya perkembangan Greysia menjadi pemain yang layak diperhitungkan terbilang lambat dari harapan, maka dalam periode duet Greysia/Apriyani , mereka justru berkembang jauh lebih pesat dari yang diperkirakan.
Dalam lima turnamen terakhir, Greysia/Apriyani empat kali masuk final dan berujung pada dua titel juara. Greysia/Apriyani sudah mulai layak diperhitungkan dalam persaingan level dunia.
Selain kecermatan Eng Hian dan talenta Apriyani, hal lain yang membuat itu terwujud adalah keberhasilan Greysia menanamkan kenyamanan di lapangan. Greysia mampu membimbing Apriyani menarik keluar seluruh potensi yang ia miliki.
 Greysia Polii berhasil jadi duet yang diperhitungkan bersama Apriyani Rahayu. (AFP PHOTO / SAJJAD HUSSAIN) |
Greysia/Apriyani menuntun optimisme dan keyakinan bahwa Indonesia bisa meraih gelar bergengsi tahun ini seperti halnya ketika Greysia/Nitya berjaya di periode 2014-2016.
Greysia Polii saat ini adalah bukti bahwa kepercayaan diri tak boleh hilang dalam hari-hari olahragawan. Latihan-latihan keras bakal sulit berujung trofi kemenangan bila rasa percaya diri tak pernah ada di tangan.
Untuk hal ini, Greysia Polii layak mendapatkan puja dan puji.